Rabu, 14 Desember 2011

Mengamati Hujan Meteor Perseids Sembari Sahur


Langit malam yang bertabur bintang ternyata masih menyimpan banyak keindahan. Berbagai fenomena astronomi terkadang muncul di sela-sela dingin dan gelapnya malam. Setelah Gerhana Bulan Total yang terjadi pada tanggal 16 Juni 2011 lalu, kita akan dapat menyaksikan satu lagi fenomena astronomi yang sangat menarik di bulan Agustus ini. Yaitu hujan meteor Perseids, yang puncaknya akan terjadi pada tanggal 13 Agustus 2011 dinihari nanti. Namun kita masih dapat mengamatinya hingga 3 hari sebelum atau sesudah tanggal tersebut.
Hujan meteor adalah munculnya banyak meteor di langit dalam rentang waktu tertentu sehingga terlihat seperti hujan cahaya. Berkas cahaya tersebut diakibatkan oleh masuknya benda angkasa ke atmosfer Bumi. Akibat gesekan dan tekanan di atmosfer, batuan tersebut memanas, berpijar, dan terbakar di atmosfer. Karena kecepatannya, masing-masing meteor akan terlihat seperti benang cahaya yang muncul hanya sekedipan mata saja. Dan karena itu, meteor hanya bisa dinikmati dengan mata telanjang alias tanpa peralatan khusus seperti binokuler atau teleskop.
Sebuah meteor terekam dalam foto di depan teleskop VLT di observatorium Paranal, Chili. Sumber: eso.org
Sebuah meteor terekam dalam foto di depan teleskop VLT di observatorium Paranal, Chili. Sumber: eso.org
Saat hujan meteor Perseids terjadi, kita dapat lihat hingga puluhan meteor setiap jamnya. Mungkin Anda bertanya-tanya dari manakah asal batu angkasa sebanyak itu. Suatu hujan meteor terjadi jika dalam orbitnya mengelilingi Matahari, Bumi memasuki area yang penuh dengan batu dan debu angkasa. Serpihan batu dan debu itu sebenarnya berasal dari komet yang pernah melintas sebelumnya. Begitu juga dengan hujan meteor Perseids ini. Meteor-meteornya berasal dari serpihan komet Swift-Tuttle, yang ditemukan pertama kali pada tahun 1862 dan terakhir kali terlihat dari Bumi pada tahun 1992. Karena posisi serpihan batu dan debu ini tetap di angkasa, maka peristiwa hujan meteor juga akan terjadi rutin setiap tahun di sekitar tanggal yang sama.
Dalam sebuah peristiwa hujan meteor, meteor dapat muncul di area langit mana saja. Tetapi apabila kita tarik garis lurus dari setiap meteor tersebut, semuanya akan tampak seolah-olah berasal dari satu titik. Titik asal ini disebut dengan titik radian. Titik radian ini pasti berada di salah satu rasi dari 88 rasi di langit. Nama genitif dari rasi tersebutlah yang kemudian dijadikan nama hujan meteornya. Begitu juga dengan nama Perseids untuk peristiwa hujan meteor yang terjadi kali ini. Asalnya adalah dari nama rasi Perseus. Rasi ini terletak di belahan langit utara dan baru terbit pada pukul 00 waktu lokal.
Rasi Perseus di arah timur laut. Semua meteor akan tampak seolah-olah berasal dari rasi ini. Sumber: iya2009.com
Rasi Perseus di arah timur laut. Semua meteor akan tampak seolah-olah berasal dari rasi ini. Sumber: iya2009.com
Lantas bagaimana cara mengamati hujan meteor ini dan kapan waktu terbaik untuk mengamatinya? Caranya adalah dengan mencari tempat yang memiliki area langit seluas mungkin, yang tidak terhalang bangunan atau pepohonan. Dan akan lebih nyaman lagi jika kita bisa melihat langit sembari berbaring dengan beralaskan tikar atau karpet atau koran bekas. Waktu terbaik untuk mengamati hujan meteor adalah setelah tengah malam hingga langit terang pertanda matahari segera terbit.
Syarat lainnya adalah tempat pengamatan tidak boleh terlalu terang. Karena beberapa meteor mungkin akan tampak redup. Sayangnya, tanggal 13 nanti Bulan akan berada pada fase menjelang purnama, sehingga cahayanya akan cukup mengganggu pengamatan kita. Tetapi, tentu tidak ada salahnya mencoba. Maka dari itu, sembari menunggu waktu sahur, mari kita keluar rumah dan menghitung jumlah meteor yang melintas di langit.

0 komentar:

Posting Komentar

terimakasih sudah berkunjung