Jumat, 16 Desember 2011

5 Bahaya Makanan Pedas

Selain menantang, aneka keripik pedas atau ramen yang menyediakan level-level tertentu untuk menunjukkan tingkat kepedasannya juga membuat seseorang merasa bangga jika ia sukses melahap Si Keripik Pedas. ­­Memang, sih, cabai yang menjadi sumber pedas mempunyai banyak manfaat.

Sebut saja kandungan vitamin C yang tinggi, kandungan capsaicin yang dapat membunuh sel kanker, mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, dan mengendalikan pencemaran mikroba pada makanan. Namun, seperti kata pepatah lama, segala yang berlebihan tidak akan menimbulkan kebaikan. Begitu juga ketika Anda memakan terlalu banyak makanan pedas.

Diare
Makanan pedas dapat mempercepat gerakan di usus yang mempermudah terjadinya diare. Ketika makanan pedas sudah sampai di usus besar, efek iritasi dari makanan pedas ini akan langsung terasa. Kemudian tubuh akan mengirim lebih banyak air ke usus untuk meredakan gejala iritasi. Perlu disadari, setiap orang memiliki kepekaan usus yang berbeda sehingga daya tahan terhadap makanan pedas akan berbeda pula. Jika Anda termasuk sensitif pada makanan pedas, sebaiknya batasi konsumsi makanan pedas.

Gastritis
Konsumsi makanan pedas yang terlalu sering dapat menyebabkan permukaan lambung menjadi rapuh dan mudah mengalami luka. Penyakit itu disebut gastritis alias mag, yang terjadi karena adanya peradangan pada lapisan lambung. Pasalnya, lambung yang sering ditimpa makanan pedas mengakibatkan lapisan-lapisannya menipis dan rentan terkena infeksi.

Alergi
Pernah merasa lidah Anda terbagi menjadi pola-pola tertentu yang mengakibatkan makanan jadi terasa hambar? Hal tersebut dipercaya sebagai akibat dari alergi pada lidah. Sama halnya dengan makanan atau minuman yang terlalu panas, makanan pedas pun dapat mengakibatkan beberapa bagian lidah alergi sehingga nafsu makan Anda berkurang karena ketidaknyamanan.

Sensitivitas lidah berkurang
Pengonsumsian makanan pedas yang berlebihan dapat mengurangi sensasi rasa secara permanen sehingga lidah tidak lagi responsif dalam mengecap rasa. Jika Anda merasa semakin lama semakin kuat mengonsumsi makanan pedas, sebaiknya berhati-hati. Bukan berarti Anda semakin terbiasa, bisa jadi sensitivitas indera pengecap berangsur aus. Paling fatal, lidah tidak lagi berfungsi maksimal untuk menentukan porsi makanan pedas yang dapat kita tolerir.

Insomnia
Makanan pedas pun dapat mengganggu pola tidur. Sejatinya, tubuh Anda perlu rileks ketika Anda hendak tidur, terutama pada siklus pertama menuju saat terlelap karena makanan pedas juga dapat meningkatkan temperatur tubuh dan memicu detak jantung lebih cepat. Maka hindari makanan pedas sebelum Anda pergi tidur, ya!

PERANGKAT KERAS INTERNET DAN JARINGAN

A.Perangkat utama pendukung koneksi internet
  1. perangkat client
perangkat client adalah perangkat yang mutlak harus ada untuk dapat mengakses    internet.
Contoh perangkat client:
  1. PC Desktop,adalah komputer personal yang digunakan untuk menjalankan aplikasi desktop dlm keperluan sehari2.keunggulannya antara lain lebih tahan banting,harga relatif murah dan mudah untuk di upgrade. Sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan tempat untuk menggunakannya,membutuhkan banyak kabel dan tidak mudah untuk dipindah2.
  2. Notebook,adalah komputer personal yang memiliki sumber daya baik baterai maupun listrik AC.kelebihannya adalah masalah portable,small dan conveinant,sedangkan kelemahannya adalah kemampuannya terbatas,keyboard dan mouse kecil,membutuhkan biaya yang banyak untuk membeli dan lebih sulit penggunaannya disbanding desktop.
  3. Handphone,adalah sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line yang konvensional dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel.
  4. PDA,adalahsebuah alat elektronik yang berbasis komputer dan berbentuk kecil serta dapat dibawa kemana2.PDA banyak digunakan sbg pengorganisir pribadi awalnya,tetapi karena perkembangannya bertambah banyak fungsinya seperti kalkulator,penunjuk jam dan waktu,permainan komputer dll.
  5. Smartphone,adalah sebuah ponsel multifungsi yang menggabungkan beberapa fungsi dari sebuah Pda,seperti personal scheduler,kalender,dan phonebook.dan dilengkapi dengan kemampuan untuk mengakses internet,cek email dan permainan online.
  6. Thinclient,dirancang untuk efisiensi dan pemanfaatan penuh kemampuan komputasi darikomputer server yang saat ini kekuatannya dr cukup untuk memenuhi kenutuhan komputasi normal.
2.Modem
  1. pengertian modem
berasal dari singkatan Modulator Demodulator. Modulator merupakan bagian yang mengubah sinyal informasi ke dalam sinyal pembawa,sedangkan Demodulator adalah bagian yang memisahkan sinyal informasi dari sinyal pembawa yang diterima shg informasi tsb dapat diterima dg baik.terdapat 2 macam modem,yaitu modem eksternal dan modem internal.
  1. cara kerja modem
kebanyakan modem digunakan oleh PC atau laptop dg menggunakan teknik asynchronous.maksudnya ketika modem ini mengirimkan data tanpamenggunakan clock untuk menyinkronisasikan kegiatan dari kedua system yang terhubung.
  1. fungsi modem
yaitu untuk mengubah sinyal digital menjadi sinyal suara dan juga sebaliknya. Selain itu,modem juga memiliki kemampuan menjadi fax modem,fax modem ini bekerja seperti faksimil,dengan sebuah software yang dirancang khusus.
  1. Jenis-jenis modem
Terbagi atas:
  1. modem analog,yaitu modem yang mengubah sinyal analog menjadi sinyaldigital.
  2. modem ADSL
  3. modem kabel,yaitu modem yang menerima data langsung dari penyedia layanan lewat TV kabel.
  4. modem CDMA
  5. modem 3GP
  6. modem GSM
3.Line Telephone
Ladalah sambungan instalasi telephoneyang masuk ke rumah kita. Jika kita menggunakan layanan dial up maka secara otomatis telepon rumah tidak akan berfungsi untuk sementara waktu.
B. Perangkat Pendukung  untuk Mengembangkan JAringan iInternet
  1. Server, adalah sebuah system computer yang menyediakan jenis layanan tertentu dalam sebuah jaringan computer.
Macam server :
    1. PC Server
    2. Branded Server
    3. Cluster Server
    4. Mainframe Server
  1. Repeater, suatu perangkat dengan program yg digunakan untuk mengatasi keterbatasan fisik suatu sekmen jaringan.
  2. Hub, adalah titik penyambung diantara station dengan station dan diantara station dengan server
Dua kategori hub :
    1. Hub Chasis
    2. Hub Stack kable
  1. Switch, adalah perluasan dari konsep bridge
  2. Router, adalah system jaringan baik itu skala kecil maupun skala besar.
  3. Proxy, adalah sebuah computer server yang dapat bertindak sebagai computer lainnya untuk melakukan request tyerhadap konten dari internet.
  4. Gateway, adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk menghubungkan satu jaringan computer dengan satu atau lebih jaringan computer yang menggunakan protocol komunikasi yang berbeda.
  5. Access point, alat Bantu pada jaringan wireless atau WLAN.
  6. kartu jaringan, sebuah kartu yang berfungsi sebagai jembatan dari computer ke sebuah jaringan computer.
  7. Media transmisi, merupakan perangkat yang digunakan untuk menghubungkan satu computer dengan computer atau pheriperal lainnya.
Jenis media transmisi :
    1. Media transmisi kabel
    2. Media transmisi nirkabel

Fakta-Fakta Seputar Kafein


Kafein merupakan salah satu senyawa yang sering ditemui dalam berbagai minuman sehari-hari, seperti cokelat, teh, kopi, dan minuman bersoda. Berbagai dampak negatif kafein pun sudah dikenal masyarakat secara umum, antara lain menyebabkan debaran jantung lebih kuat dan cepat, menyebabkan darah tinggi, sampai menaikkan produksi asam lambung.
"Sayangnya, lebih banyak orang yang mengatakan bahwa minuman bersodalah yang banyak mengandung kafein dibanding kopi dan teh. Padahal sebaliknya," ungkap Maxime E. Buyck, MD, MBA, Direktur Health and Wellness Program Global Scientific and Regulatory Affairs, The Coca Cola Company, dalam bincang-bincang "Coke Break" di Hotel Indonesia, Jakarta, Rabu (30/11/2011) lalu.

Menurut data US Food and Beverage, minuman bersoda seperti Coca Cola, Sprite, atau Fanta, memiliki kandungan kafein sebesar 23-31 mg per 240 ml, sedangkan kopi mengandung 65-120 mg per 240 ml, dan teh 90 mg per 240 ml. Kafein sebenarnya tak hanya menyebabkan efek negatif pada tubuh, tapi juga pengaruh baik untuk tubuh, seperti menahan kantuk, mencegah kerusakan gigi, dan menghilangkan sakit kepala.
Semua manfaat baik dari kafein ini bisa didapatkan jika kafein dikonsumsi dalam porsi yang tidak berlebihan. Khusus untuk ibu hamil atau perempuan yang sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter tentang riwayat kesehatannya, dan batas maksimal kafein yang boleh dikonsumsi.
Selain itu, ada beberapa fakta lain mengenai kafein yang perlu Anda ketahui:
1. Semua minuman mengandung hidrat, termasuk kafein. Ketika mengonsumsi minuman, salah satu akibatnya adalah mengalami efek diuretik ringan. Menurut penelitian US Institute of Medicine/National Academy of Sciences pada tahun 2004, semua minuman pasti mengandung hidrat dan menyebabkan efek diuretik, dan ini tidak hanya berlaku untuk minuman berkafein.
2. Konsumsi minuman berkafein tidak akan membuat tulang lemah atau osteoporosis. Lebih dari 15 tahun, rangkaian penelitian telah banyak mempelajari hubungan antara kafein dalam minuman bersoda dan dampak buruknya bagi tulang. Hasilnya, mereka menemukan bahwa tidak ada hubungan antara kesehatan tulang dengan kafein dalam minuman bersoda, selama asupan kalsium dalam tubuh mereka tercukupi. Kafein juga tidak menimbulkan rasa mulas di perut.

B.Indonesia - Drama

Drama dapat dipertunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti pementasan teater, sandiwara, lenong, film, sinetron, dan sebagainya. Semua bentuk drama itu tercipta dari dialog-dialog yang diperankan mengidentifikasi peristiwa, pelaku, dan perwatakan oleh pemain-pemain dengan didukung latar yang sesuai. Drama dapat memukau penonton jika pemain berhasil memerankan tokoh drama dengan karakter yang sesuai.
Drama sebagai salah satu bentuk tontonan sering kita sebut dengan istilah teater, lakon, sandiwara, atau tonil. Menurut perkembangannya, bentuk drama di Indonesia mulai pesat pada masa pendudukan Jepang. Hal itu terjadi karena pada masa itu drama menjadi sarana hiburan bagi masyarakat sebab pada masa itu film dilarang karena dianggap berbau Belanda.
Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama yang membedakannya dengan bentuk prosa yang lain. Selain dialog, terdapat plot/alur, karakter/tokoh, dan latar/setting. Apabila drama sebagai naskah itu dipentaskan, maka harus dilengkapi dengan unsur: gerak, tata busana, tata rias, tata panggung, tata bunyi, dan tata sinar.
Yang perdu diidentifikasi dalam pementasan drama adalah sebagai berikut :
1. Konflik adalah ketegangan di dalam cerita rekaan atau drama; pertentangan antara dua kekuatan. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh, antara dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat lingkungannya, antara tokoh dan alam, serta antara tokoh dan Tuhan. Istilah lain: tikaian.
2. Dialog adalah (1) percakapan di dalam karya sastra antara dua tokoh atau lebih; (2) karangan yang menggambarkan percakapan di antara dua tokoh atau lebih. Di dalam dialog tercermin pertukaran pikiran atau pendapat; dipakai di dalam drama, novel, cerita pendek, dan puisi naratif untuk mengungkapkan watak tokoh dan melancarkan lakuan.
Dialog dalam drama berfungsi untuk: a. mengemukakan persoalan secara langsung; b. menjelaskan tentang tokoh atau perannya; c. menggerakkan plot maju; dan d . membuka fakta.
3. Peristiwa adalah kejadian yang penting, khususnya yang berhubungan dengan atau merupakan peristiwa yang mendahuluinya.
4. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
5. Watak (Character) adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakannya dari tokoh lain
Dialog dalam drama memiliki fungsi sebagai berikut.
a. Melukiskan watak tokoh-tokoh dalam cerita.
b. Mengembangkan plot dan menjelaskan isi cerita kepada pembaca atau penonton.
c. Memberikan isyarat peristiwa yang mendahuluinya.
d. Memberikan isyarat peristiwa yang akan datang.
e. Memberikan komentar terhadap peristiwa yang sedang terjadi dalam drama tersebut.
Ketika Anda akan mementaskan naskah drama, pemilihan pemain harus dipertimbangkan dengan tepat. Pemain dalam drama harus benar-benar menghayati watak tokoh yang dimainkan. Supaya dapat menghayati watak tokoh dengan benar, pemain harus membaca dan mempelajari naskah drama dengan cermat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pemain drama adalah:
a. kemampuan calon pemain,
b. kesesuaian postur tubuh, tipe gerak, dan suara yang dimiliki calon pemain dengan tokoh yang akan dimainkan,
c. kesanggupan calon pemain untuk memerankan tokoh dalam drama.
Jika ketiga hal di atas dapat dipenuhi oleh calon pemain, akan mempermudah dalam penghayatan watak tokoh dalam drama yang akan dipentaskan. Hal lain yang harus diperhatikan, saat Anda akan menghayati watak tokoh dalam drama yang akan diperankan adalah sebagai berikut:
1. Pahamilah ciri-ciri fisik tokoh yang diperankan, seperti jenis kelamin, umur, penampilan fisik, dan kondisi kesehatan tokoh.
2. Pahamilah ciri-ciri sosial tokoh yang diperankan, seperti pekerjaan, kelas sosial, latar belakang keluarga, dan status tokoh yang akan diperankan.
3. Pahamilah ciri-ciri nonfisik tokoh, seperti pandangan hidup dan keadaan batin.
4. Pahamilah ciri-ciri perilaku tokoh dalam menghadapi dan menyelesaikan sebuah konflik.

Hal-hal yang dipersiapkan dalam pementasan drama adalah:
1. Sutradara (pemimpin pementasan),
2. Penulis naskah (penulis cerita),
3. Penata artistik (pengatur setting, lighting, dan properti),
4. Penata musik (pengatur musik, pengiring, dan efek-efek suara),
5. Penata kostum (perancang pakaian sesuai dengan peran),
6. Penata rias (perancang rias sesuai dengan peran),
7. Penata tari/koreografer (penata gerak dalam pementasan),
8. Pemain (orang yang memerankan tokoh),
Drama memeliki dua aspek, yaitu aspek cerita dan aspekpementasan.
a. Aspek cerita
Aspek cerita mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang dialami pelaku. Kadang-kadang pada kesan itu tersirat pesan tertentu. Keterpaduan kesan dan pesan ini terangkum dalam cerita yang dilukiskan dalam drama.
b. Aspek pementasan
Aspek pementasan drama dalam arti sesungguhnya ialah pertunjukan di atas panggung berupa pementasan cerita tertentuoleh para pelaku. Pementasan ini didukung oleh dekorasi panggung, tata lampu, tata musik dsb.
Kekhasan naskah drama dari karya sastra yang lain ialah adanya dialog, alur, dan episode. Dialog drama biasanya disusun dalam bentuk skenario (rencana lakon sandiwara secara terperinci). Alur ialah rangkaian cerita atau peristiwa yang menggerakkan jalan cerita dari awal (pengenalan), konflik, perumitan, klimaks, dan penyelesaian. Episode ialah bagian pendek sebuah drama yang seakan-akan berdiri sendiri, tetapi tetap merupakan bagian alur utamanya.
Memerankan Drama
Seorang dramawan yang baik hendaknya menguasai teknik peran. Teknik peran (acting) adalah cara mendayagunakan peralatan ekspresi (baik jasmani maupun rohani) serta keterampilan dalam menggunakan unsur penunjang. Yang termasuk keterampilan menggunakan alat ekspresi jasmani adalah keterampilan menggunakan tubuh, kelenturan tubuh, kewajaran bertingkah laku, kemahiran dalam vokal, dan kekayaan imajinasi yang diwujudkan dalam tingkah laku. Adapun peralatan ekspresi yang bersifat kejiwaan ialah imajinasi, emosi, kemauan, daya ingat, inteligensi, perasaan, dan pikiran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membacakan dialog drama
1. Lafal adalah cara seseorang mengucapkan bunyi bahasa
2. Intonasi adalah lagu kalimat/ketepatan tinggi rendahnya nada (pembaca dialog/berita)
3. Nada adalah tinggi rendah ucapan/ungkapan keadaan jiwa atau suasana hati
4. Tempo adalah waktu/kecepatan gerak atau kecepatan artikulasi suara.
Oleh seorang pemeran drama, watak tokoh akan digambarkan dengan:penampilan fisik (gagah, bongkok, kurus, dan sebagainya); penampilan laku fisik (lamban, keras, dinamis, dan sebagainya); penampilan vokal (lafal kata-kata, dialog, nyanyian, dan sebagainya); dan penampilan emosi dan IQ (pemarah, cengeng, licik, dan sebagainya). Hal tersebut dapat dipelajari dan dilatih dengan olah vokal/suara dan olah sukma.
Seorang pemain drama yang baik adalah seorang yang memiliki kemampuan: berakting dengan wajar; menjiwai atau menghayati peran; terampil dan kreatif; berdaya imajinasi kuat; dan mengesankan (meyakinkan penonton).
Agar mempunyai kemampuan sebagai pemain drama yang baik, selain memperhatikan lima hal yang berkaitan dengan pembacaan naskah ada empat hal lagi yang harus diperhatikan.
A. Ekspresi wajah
1. Ekspresi mata
Mata merupakan pusat ekspresi sehingga harus diolah, dilatih, dan disesuaikan terlebih dahulu sesuai dengan berbagai emosi. Cobalah berlatih di depan cermin untuk menunjukkan rasa girang, marah, dan sebagainya dengan berimajinasi/membayangkan suatu hal!
2. Ekspresi mulut
Sesudah ekspresi mata dilatih/disesuaikan, baru ekspresi mulut, karena perasaan yang terpancar dari mata merambat ke mulut dengan cara yang sama. Usahakan ekspresi mata sejalan/sesuai dengan ekspresi mulut sehingga keduanya saling mendukung dan mempertegas emosi yang akan ditonjolkan melalui ekspresi seluruh wajah.
B. Keterampilan kaki
Pemain pemula banyak yang berpenampilan kaku karena kaki seperti tertancap paku. Kaki harus membuat pemain lebih hidup. Maka harus diusahakan posisi kaki mengikuti arah muka. Jika muka bergerak ke kiri, ikutilah dengan mengubah posisi kaki dan tubuh ke kiri juga.
C. Suara dan ucapan
Jika kita bermain tanpa pengeras suara, maka dituntut suara yang lantang agar dapat meraih sejauh mungkin pendengar. Yang penting di sini adalah bagaimana agar suara kita dapat
jelas terdengar tapi tidak memekik.Banyak orang berbicara dengan rahang dan bibir hampir-hampir terutup dan tidak digunakan semestinya. Turunkan rahang dan lidah. Buka bibir dan letupkan suara. Atau berlatihlah dengan menguap yang seakan-akan mengantuk, kemudian turunkan rahang dan suarakan vokal/ huruf hidup.
D. Penafsiran/Interpretasi
Dalam penafsiran seorang pemain harus memahami keseluruhan cerita yang dijalin dalam plot tertentu serta mengenal watak tokoh yang diperankannya. Kegiatan ini dapat menjadi kerja sama antara sutradara dan pemain/aktor dalam memahami naskah.
Drama memiliki bentuk yang bermacam-macam, yaitu:
5. Tragedi ialah drama duka yang menampilkan pelakunya terlibat dalam pertikaian serius yang menimpanya sehingga menimbulkan takut, ngeri, menyedihkan sehingga menimbulkan tumpuan rasa kasihan penonton.
6. Melodrama ialah lakon yang sangat sentimental dengan pementasan yang mendebarkan dan mengharukan
7. Komedi ialah lakon ringan untuk menghibur namun berisikan sindiran halus. Para pelaku berusaha menciptakan situasi yang menggelikan.
8. Force ialah pertunjukan jenaka yang mengutamakan kelucuan. Namun di dalamnya tidak terdapat unsur sindiran. Para pelakunya berusaha berbuat kejenakaan tentang diri mereka masing-masing.
9. Satire, kelucuan dalam hidup yang ditanggapi dengan kesungguhan biasanya digunakan untuk melakukan kecaman/kritik terselubung.

B.Indonesia - Novel

NOVEL
Novel Indonesia adalah novel yang ditulis oleh orang Indonesia dengan latar belakang budaya Indonesia. Novel Indonesia menceritakan tentang kehidupan masyarakat Indonesia, baik masa kini maupun masa lampau.

UNSUR INTRINSIK NOVEL
a. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman,1990:79).
b. Perwatakan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1990:79).
c. Alur/plot adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.
d. Sudut pandang adalah posisi pencerita dalam membawa kisahan, boleh jadi ia tokoh dalam ceritanya (pencerita akuan),boleh jadi pula berada di luarnya (pencerita diaan).
e. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca/penonton/pendengar.
f. Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra.
g. Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang digunakannya.

UNSUR EKSTRINSIK NOVEL
Merupakan unsur dari luar yang turut mempengaruhi terciptanya karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi biografi pengarang, keadaan masyarakat saat karya itu dibuat, serta sejarah perkembangan karya sastra. Melalui sebuah karya novel kita kadang secara jelas dapat memperoleh sedikit gambaran tentang biografi pengarangnya. Melalui sebuah novel kita pun dapat memperoleh gambaran tentang budaya dan keadaan masyarakat tertentu saat karya itu dibuat.
Nilai-nilai dalam karya sastra dapat ditemukan melalui unsur ekstrinsik ini. Seringkali dari tema yang sama didapat nilai yang berbeda, tergantung pada unsur ekstrinsik yang menonjol. Misalnya, dua
novel sama-sama bertemakan cinta, namun kedua novel menawarkan nilai yang berbeda karena ditulis oleh dua pengarang yang berbeda dalam memandang dan menyingkap cinta, latar belakang pengarang yang berbeda, situasi sosial yang berbeda,
dan sebagainya.
Nilai-nilai yang terkandung
a. Nilai social masyarakat, sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum (menolong, menderma, dan lain-lain).
b. Nilai budaya Nilai yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah.
c. Nilai ekonomi Nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan dan asas-asas produksi, distribusi, pemakaian barang, dan kekayaan (keuangan, tenaga, waktu, industri, dan perdagangan).
d. Nilai filsafat, hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
e. Nilai politik, Nilai yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku.
ANALISIS NOVEL
Apabila kita menganalisis sebuah hasil karya sastra, kita dapat meninjau dari dua unsur,yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Keduaunsur tersebut sama pentingnya. Unsur intrinsik secara langsung dapat ditemukan di dalam hasil karya sastra itu setelah dibaca dengan cermat, sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur dari luar yang turut mempengaruhi terciptanya karya sastra.
Unsur ekstrinsik meliputi biografi pengarang, keadaan masyarakat saat karya itu dibuat, serta sejarah perkembangan karya sastra. Melalui sebuah karya novel kita kadang secara jelas dapat memperoleh sedikit gambaran tentang biografi pengarangnya. Melalui sebuah novel kita pun dapat memperoleh gambaran tentang budaya dan keadaan masyarakat tertentu saat karya itu dibuat. Misalnya, novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli menggambarkan budaya kawin paksa pada saat novel tersebut dibuat. Bahkan karya pengarang yang masih seangkatan terkadang mempunyai persamaan entah dalam pengembangan tema maupun corak aliran sastranya.
Untuk benar-benar dapat memahami sebuah karya sastra, kita perlu membaca tidak kanya sekali, tetapi kadang lebih dari dua kali. Akan lebih membantu daya pemahaman kita terhadap hasil karyanya kalau kita telah mengenal biografi pengarangnya. Untuk menganalisis sebuah novel, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.
Unsur intrinsik
Tokoh, Perwatakan, Plot, Tema, Sudut pandang, Amanat, Latar, Gaya bahasa
Unsur Ekstrinsik
Biografi pengarang, Kondisi Sosial, Politik, Filsafat,dsb

B.Indonesia - Catatan Kaki

Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Semua kutipan, baik langsung maupun tidak langsung dapat dijelaskan sumbernya dalam sebuah catatan kaki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat catatan kaki.
1. Hubungan catatan kaki dan teks ditandai dengan nomor penunjukan yang ditempatkan agak ke atas setengah spasi dari teks.
2. Pemberian nomor urut yang berlaku untuk tiap bab atau untuk judul buku dipergunakan tanda seluruh karangan. koma.
3. Teknik pembuatan catatan kaki adalah sebagai berikut.
a. Sediakan tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut.
b. Sesudah baris terakhir dari teks dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis, mulai dari kiri sepanjang 15 ketikan.
c. Dalam jarak 2 spasi dan garis dalam jarak 5-7 ketikan dari margin kiri diketik nomor penunjukan.
d. Langsung sesudah nomor, setengah ke bawah mulai diketik baris pertama dari catatan kaki.
e. Jarak antarbaris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak antarcatatan kaki pada halaman yang sama adalah dua spasi.

Unsur-unsur yang ada dalam catatan kaki dan penulisannya adalah sebagai berikut.
1. Pengarang
a. Nama pengarang dicantumkan sesuai urutan biasa, pada penunjukan yang kedua dan selanjutnya cukup dipergunakan nama singkat.
b. Bila terdiri dari dua atau tiga pengarang, semuanya dicantumkan, sedangkan lebih dari 3 orang cukup nama pertama
c. yang dicantumkan. Nama yang lain digantikan dengan singkatan dkk.
d. Penunjukan kepada sebuah kumpulan sama dengan no (a) dan (b) ditambah singkatan ed. (editor) di belakang nama penyunting dan dipisahkan dengan tanda koma.
e. Jika tidak ada pengarang/editor, langsung dimulai dengan judul.

2. Judul
a. Semua judul mengikuti peraturan yang sama dengan daftar pustaka.
b. Sesudah catatan kaki pertama, penyebutan sumber yang sama digantikan dengan Ibid., Op.cit., Loc.cit..
c. Sesudah penunjukan pertama sebuah artikel dalam majalah atau harian, maka selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah atau harian tanpa judul artikel.

3. Data Publikasi
a. Tempat dan tahun penerbitan dicantumkan pada referensi pertama dan ditempatkan dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan tanda koma, misalnya (Jakarta, 2005).
b. Majalah harus dicantumkan nomor jilid dan nomor halaman, tanggal, bulan dan tahun. Semua keterangan dapat ditempatkan dalam kurung.
c. Data publikasi sebuah harian terdiri dari hari, tanggal, bulan, tahun, dan nomor halaman. Penanggalan tidak ditempatkan dalam kurung.

cara membuat catatan kaki
1. Nama pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik.
2. Antara nama pengarang dan
3. Tempat dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung.
4. Keterangan tentang jilid ditempatkan dalam kurung sebelum tempat terbit atau di luar kurung sebelum nomor halaman, dan ditulis dengan angka Romawi.
1. 1 ) Go r y s Ker a f, K om pos i s i (En de Fl o re s, 1 980 ), h al . 20 3.
2. 2 ) Pr am udia n to , _ Pen de rit aa n da n Pe mu l i ha n N i as_ , K om p as , 2 A p ri l ,200 5, ha l. 46.
3. 3 ) Bur ha n S ol ihin, d kk . _ S ela ma t D atan g d i Su r ga N i rk abe l_ . Te m p o , (Ap r il,2 005 ), h a l. 90 -91.

Benarkah Minuman Bersoda Bikin Kecanduan?


Bahaya minuman berkarbonasi tentunya sudah sering terdengar, seperti merusak gigi, tingginya kandungan gula, sampai membuat kecanduan. Namun segala sesuatu yang berlebihan pasti tidak baik, oleh karena itu pengaturan konsumsi minuman berkarbonasi ini juga harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Dalam acara "Coca Break" yang diadakan oleh The Coca Cola Company, disampaikan beberapa fakta mengenai kadar karbonasi, kandungan bahan pengawet, serta pewarna yang digunakan dalam minuman berkarbonasi seperti Coca cola, Sprite, atau Fanta. Ditegaskan, minuman yang diproduksi oleh perusahaan asal Amerika tersebut masih dalam batas penggunaan yang aman.
Disampaikan juga bahwa minuman berkarbonasi ini ternyata memiliki kandungan kafein yang rendah dibandingkan dengan teh ataupun kopi, sehingga tidak akan menyebabkan kecanduan.
"Kandungan gula yang digunakan pun adalah gula alami dari tebu, dan tidak benar bahwa kandungan gulanya tiga kali lipat lebih tinggi dibanding minuman lainnya," ungkap Maxime E. Buyckx, MD, MBA, Direktur Health and Wellness Programs Global Scientific and Regulatory Affairs, The Coca Cola Company, di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Rabu (30/11/2011) lalu.
Maxime pun memberikan beberapa perbandingan kandungan gula dalam buah ternyata lebih sedikit dibanding dengan soft drink yang hanya sekitar 10 persensehingga dengan frekuensi yang tepat maka soft drink sebenarnya tidak merugikan.
Kerusakan gigi yang sering terjadi karena terlalu banyak mengonsumsi minuman berkarbonasi juga ditampik oleh Coca Cola. Karena sebenarnya, kandungan gula yang rendah tidak akan merusak gigi. Selain itu, kerusakan gigi lebih disebabkan kebiasaan masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan giginya setelah mengonsumsi minuman ini. Coca Cola juga mengklaim bahwa kandungan asam yang terkandung dalam minuman ini pun tidak terlalu tinggi.
Minuman berkarbonasi ini sebenarnya sudah dinikmati selama ribuan tahun lalu di Yunani dan Roma. Jenis minuman ini juga banyak digunakan untuk meringankan gejala gangguan pencernaan. "Dan dalam hal ini, minuman ini tidak akan mengganggu saluran pencernaan, karena sebagian besar gasnya akan keluar dari minuman ketika botol dibuka," tambahnya.

B.Indonesia - RESENSI

Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi, resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah.
Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku.
Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada. Kelebihan dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah merupakan penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi. 


Umumnya, di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya.
Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan sebuah resensi.
1. 1 . Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.
2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi.
3. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
4. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan
Umumnya resensi terdiri dari
1. Judul
Judul resensi harus menarik dan selaras dengan keseluruhan isi resensi
2. Identitas buku
meliputi judul buku(judul asli dan Modern.terjemahan),penulis, penerbit, tahun terbit, tebal buku.
3. Isi
Meliputi :

- ulasan singkat isi
- keunggulan buku,
- kelemahan buku,
- rumusan kerangka
4. Penutup
Penutup resensi biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Selain itu dapat juga berisi kelemahan buku.


Kiat Praktis Menulis Resensi Buku


Apakah resensi itu?
Resensi adalah tulisan yang menjelaskan kelebihan dan kekurangan sebuah karya baik yang berupa buku maupun yang berupa karya seni. Tulisan ini biasanya dimuat di media cetak seperti koran, majalah, atau tabloid. Dilihat dari segi isinya terdapat berbagai macam resensi, antara lain resensi buku, resensi novel, resensi buku kumpulan cerpen, resensi film, resensi, patung, dan sebagainya.
Uraian berikut ini lebih difokuskan pada resensi buku.


Siapakah penulis resensi?
Penulis resensi adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang bidang yang diresensi dan memiliki kemampuan untuk menganalisis sebuah karya secara kritis sehingga dapat menjelaskan kelemahan dan kelebihan dari karya yang diresensi.


Apakah tujuan ditulisnya sebuah resensi?
Resensi dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang sebuah karya sehingga pembaca mengetahui apakah karya yang diresensi itu merupakan karya yang bermutu atau tidak. Resensi akan sangat bermanfaat apabila karya yang diresensi relatif masih baru. Semakin baru karya yang diresensi, semakin baik. Hal itu dimaksudkan agar pembaca segera mengetahui apakah karya itu layak untuk dinikmati atau tidak..
Apa saja unsur-unsur dalam resensi?


Sekurang-kurangnya dalam resensi terdapat hal-hal berikut ini:
• Judul resensi
• Identitas karya (buku) yang diresensi
• Uraian tentang jenis karya yang diresensi
• Uraian tentang kelebihan dan kekurangan karya yang diresensi
• Kesimpulan yang berisi penegasan kembali mengenai layak tidaknya karya tersebut untuk dinikmati oleh pembaca.


Bagaimana langkah-langkah menulis resensi buku (novel)?
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis resensi buku (novel) adalah:
1. Tahap Persiapan meliputi:
(a) Membaca contoh-contoh resensi; dan
(b) Menentukan buku yang akan diresensi.
2. Tahap Pengumpulan Data meliputi:
(a) Membaca buku yang akan diresensi;
(b) Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data meliputi hal-hal yang menarik dan tidak menarik dari buku (novel) yang diresensi;
(c) Mencatat data-data penulisan resensi yang telah diperoleh melalui membaca buku yang diresensi..
3. Tahap Penulisan meliputi:
(a) Menuliskan identis buku;
(b) Mengemukakan isi buku (sinopsis novel dan unsur-unsur intrinsik lainnya );
(c) Mengemukakan kelebihan dan kekurangan buku (novel) baik dari segi isi maupun bahasa;
(d) Merevisi resensi dengan memperhatikan susunan kalimatnya, kepaduan paragrafnya, diksinya, ejaan dan tanda bacanya.
(e) Membuat judul resensi.

Catatan:
Judul resensi harus singkat, menarik, dan menggambarkan isi resensi.


Bagaimana cara menemukan kelebihan dan kekurangan buku yang diresensi?
Cara menemukan kekurangan dan kelebihan buku yang diresensi adalah:
• membandingkan buku yang diresensi dengan buku lain yang sejenis baik oleh pengarang yang sama maupun oleh pengarang lain yang meliputi segi isi atau pun bahasanya (untuk novel meliputi semua unsur intrinsiknya);
• mencari hal-hal yang menarik atau disukai dan hal-hal yang tidak disukai dari buku tersebut dan mencari alasan mengapa demikian.

Berikut ini adalah contoh resensi buku nonfiksi.
Kisah-Membaca Seorang "Yogi Buku"


Judul buku : Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu
Penulis : P. Swantoro
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan : I
Tahun terbit : 2002
Jumlah halaman : xxv + 435 halaman

Bagi Polycarpus Swantoro yang ahli sejarah dan jurnalis senior, membaca buku seolah-olah seperti berolah yoga. Sebagaimana seorang empu keris yang bekerja dalam waktu yang lama untuk membuat keris yang ringan dari bahan yang bobotnya puluhan kilogram, seperti itu pulalah yang dilakukan oleh P. Swantoro. Bedanya, P. Swantoro tidak melakukan pekerjaan menempa besi, tetapi membaca buku. Tentu saja ada ribuan judul buku yang sudah dibaca Pak Swan. Namun, dalam bukunya yang berjudul Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu ini "hanya" 200 judul buku yang ia "kisahkan".
Dengan cara yang menawan, ia mengisahkan bagaikan seorang kakek yang baru pulang dari berkelana di negeri yang jauh, kemudian menceritakan peng-alamannya kepada anak cucunya.
Sebagai seorang pengelana di dunia buku, tidaklah mengherankan jika buku-buku yang ia kisahkan merupakan buku-buku babon yang tua dan cukup langka,. Misalnya, The History of Java karya Thomas S. Raffles yang terbit tahun 1817, Inleiding tot de Hindoe-Javaanche Kunst karya N.J Krom yang terbit tahun 1919, atau De Ijombok Kxpedie karya W Cool yang terbit tahun 1896. Memang, di sana-sini, untuk keperluan pendukung data, Pak Swan juga menggunakan cukup banyak sumber sekunder. Sebenarnya, hal ini agak mengganggu. Ketika membahas topik PKI, misalnya, Pak Swan, sebenarnya, perlu menggunakan sumber yang lebih memadai.
Tema yang diangkat pun beraneka ragam, mulai dari cerita tentang lambang-lambang kota di Indonesia, cerita tentang penulis pertama buku komunis di Indonesia, cerita Pak Poerwa, cerita tentang meletusnya Gunung Merapi, cerita tentang para orientalis dan sarjana Indonesia, romantika para pendiri bangsa, serta ditutup dengan khayalan Pak Swan agar para pemimpin dan intelektual masa kini dapat beryogi. Bagi para pembaca "pemula", tema yang tumpang-tindih tanpa sistematika yang jelas ini cukup merepotkan.
Dalam membicarakan suatu bab, Pak Swan sering meloncat-loncat kian kemari. Kata demi kata mengalir tanpa jelas muaranya. Misalnya, ketika membicarakan Teeuw, Yogi Sastra, Yogi Keris, Yogi Ilmu, pembaca benar-benar dituntut cermat untuk menginterpretasikan benang merah ide tulisan-tulisan ini. Namun, jika kita bersabar untuk menikmati buku ini sampai habis, tentu kita dapat menemukan keseluruhan ide Pak Swan dan kebingungan yang muncul di bab demi bab akan terjawab.
Buku Pak Swan ini mengingatkan kita pada tiga jilid buku Nusa Jawa Silang Budaya karya Denys Lombard. Tulisan Lombard juga mengabaikan kronologi waktu, yang merupakan syarat untuk menulis sejarah konvensional. Namun, kecurigaan bahwa buku Pak Swan menggunakan pola yang sama dengan buku Denys Lombard tidak terbukti mengingat dalam menulis buku ini Pak Swan lebih mengandalkan memorinya, seperti pengakuan Pak Swan sendiri dalam pengantar. Karena mengandalkan memori, tentu saja tulisan yang dihasilkannya menggunakan pola penceritaan lisan.
Buku ini lebih merupakan buku sejarah walaupun temanya beraneka ragam. Pembaca yang baru akan masuk ke wacana sejarah Indonesia, akan sangat terbantu dengan membaca buku ini terlebih dahulu. Demikian pula para mahasiswa jurusan sejarah.
Buku ini sebenarnya akan lebih sempurna jika penulisnya, di samping membicarakan cara pandang para orientalis Barat, juga memberikan contoh buku-buku yang memuat cara pandang Timur. Sekadar contoh, dijelaskan tentang sebutan "Timur Tengah" untuk wilayah negara di jazirah Arab. Mengapa orang Indonesia tidak menyebutnya sebagai "Barat Dekat", misalnya? Bukankah sebutan "Timur Tengah" adalah sebutan orang Barat yang melihat jazirah Arab dari sudut pandang wilayahnya? Pandangan seperti ini sangat diperlukan bagi para mahasiswa sejarah di Indonesia yang tampaknya semakin kesulitan membaca buku-buku sumber utama.
Untuk keperluan studi para mahasiswa sejarah, akan sangat menggembirakan jika Pak Swan menceritakan juga buku Orientalism karya Edward W. Said yang terbit tahun 1979. Selain itu, sebaiknya, buku yang berisi sikap kita terhadap tradisi Barat yang berjudul Oksidentalisme karya Hassan Hanafi yang diterbitkan Paramadina, Jakarta, tahun 2000 juga dibicarakan.
Hal lain yang belum dibahas secara lengkap oleh Pak Swan sebagai seorang ahli sejarah dan pemerhati kebudayaan Jawa adalah tentang historiografi Jawa. Prof. C.C. Berg, memang, sempat dimunculkan dalam bagian Babad: Kitab Dongeng? Namun, sayang sekali, karya C.C. Berg yang berjudul Oavaanche Geschiedschrijving, yang terbit di Amsterdam tahun 1938, tidak dimunculkan sehingga gambaran mengenai penulisan sejarah di Pulau Jawa menjadi agak terabaikan.
Terlepas dari berbagai ketidaksempurnaan-nya, harus diakui bahwa buku pertama seorang "yogi buku" ini merupakan karya yang memikat. Bahkan cara dan gaya pengungkapannya, dalam kadar tertentu, telah memberikan sentuhan sastra yang cukup enak dinikmati. Kita menantikan karya berikutnya.

Sumber: Majalah Matabaca, Agustus 2002 (dengan perubahan)

Bukan Cuma Teh yang Bikin Gigi Kuning


Semua orang tentunya ingin terlihat cantik dalam setiap penampilannya. Namun, penampilan yang cantik akan kurang lengkap jika tak didukung dengan senyum manis dan deretan gigi yang rapi dan putih bersih. Teh, kopi, minuman bersoda, dan jenis-jenis buah beri termasuk beberapa makanan yang dikenal sebagai pembuat noda pada gigi.
"Jangan biarkan penampilan Anda rusak karena warna gigi yang kekuningan. Selain obat-obatan dan gaya hidup, ada beberapa makanan yang berpengaruh pada warna gigi seseorang," ungkap drg Novandhyta Hapsari dalam media gathering Ultimo Aesthetic & Dental Care di Plaza Asia, Jakarta Selatan, Kamis (10/11/2011) lalu.
Beberapa jenis makanan lain yang bisa menyebabkan perubahan warna pada gigi antara lain:
1. Tomat. Sama seperti buah beri, tomat juga memiliki kandungan warna alami pada buah yang bisa meninggalkan noda pada gigi. Keadaan ini akan diperparah jika tomat ini sudah diolah menjadi saus tomat botolan. Kandungan zat pewarna tambahan di dalam saus tomat juga bisa memperparah bekas warna yang ditinggalkan pada gigi. Selain saus tomat, saus sambal, kecap, dan kuah kare yang kental juga menjadi penyebab noda pada gigi.
2. Minuman kesehatan dan minuman olahraga. Sebuah studi mengungkapkan bahwa minuman olahraga dan minuman kesehatan juga bisa menyebabkan kerusakan enamel gigi karena kandungan asamnya. Akibatnya noda akibat minuman ini akan tertinggal di gigi. Sebaiknya pilih air putih sebagai pengganti minuman kesehatan ataupun minuman olahraga.
3. Jus buah. Meski sebenarnya buah berpengaruh positif pada tubuh, namun kandungan asam dari buah yang terlalu tinggi dan terlalu banyak bisa merusak gigi. Kandungan asam dalam buah bila dikonsumsi terus-menerus dalam jumlah yang terlalu banyak juga bisa merusak enamel gigi dan membuat gigi berlubang.

4. Wine. Bekas tumpahan wine di taplak meja biasanya akan sulit dihilangkan. Tak heran bila wine, terutama red wine, juga bisa meninggalkan noda pada gigi. Kandungan asam, tannin, dan chromogen pada wine itulah yang menyebabkan noda pada gigi. Selain anggur merah, anggur putih juga bisa membuat gigi berubah warna.
5. Antibiotik. Terlalu sering mengonsumsi obat-obatan, terutama antibiotik, juga bisa menyebabkan gigi menjadi kuning. Kandungan tetracycline pada antibiotik adalah faktor penyebab gigi menjadi kuning, terutama pada anak-anak. Konsumsi antibiotik yang mengandung tetracycline selama masa pertumbuhan gigi (mulai dari awal kehamilan sampai anak usia 8 tahun) bisa membuat gigi anak mengalami perubahan warna yang bersifat permanen. "Namun, sekarang ini antibiotik yang mengandung tetracycline ini sudah sedikit dan jarang digunakan lagi," kata Novandhyta.

Menulis Surat Kuasa


Surat kuasa adalah surat yang berisi pengalihan atau pelimpahan wewenang kepada seseorang untuk bertindak atau berhak bertindak atas nama pemberi kuasa tersebut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat surat kuasa,yaitu sebagai berikut:
  1. ditulis diatas kertas segel atau kertas surat bermeterai, kecuali untuk surat kuasa yang sifatnya tidak begitu penting.
  2. pemberi kuasa maupun penerima kuasa harus sudah dewasa dan berada dalam kondisi jiwa dan tubuh yang sehat,serta tidak berada padasatu tekanan/paksaan.
  3. isi surat kuasa harus menjelaskan secara tegas perihal kedua belah pihak,baik yang memberi kuasa maupunyang meneima kuasa,seperti nama,alamat,usia,pekerjaan dan tanda tangan.
  4. hal yang dikuasakan, masa berlakunya surat kuasa, serta tanggal pembuatan surat kuasa harus tertera dengan jelas.
  5. kedua belah pihak harus menandatangani surat kuasa yang dibuat.
  1. Menganalisis Novel Indonesia
Novel merupakan jenis karya sastra prosa yang menceritakan sesuatu yang luar biasa dari kehidupan orang-orang atau tokohnya.Sebuah karya sastra termasuk novel dibangun oleh unsure-unsur pembangun, yaitu unsure intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik dalam karya sastra meliputi sebagai berikut:
  1. Tema,adalah gagasan pokok (ide) yang mendasari penulisan sebuah karya sastra.
  2. Amanat (pesan pengarang), adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca karya sastra melalui karyanya.
  3. Alur atau plot, adalah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan membentuk cerita.
  4. Tokoh, adalah orang rekaan yang ada dalam imajinasi pengarang yang dituangkan kedalam cerita.
  5. Penokohan, adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang watak dan bentuk fisik tokoh yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
  6. Latar atau setting, adalah latar belakang peristiwa/kejadian yang terjadi dalam cerita/karya sastra. Latar dibedakan menjadi latar waktu,latar tempat dan latar sosial.
  7. Sudut pandang, adalah cara pengarang mengungkapkan ceritanya. Sudut pandng tebagi atas:
    1. Sudut pandang orang pertama pelaku utama. Pengarang menggunakan kata ganti orang pertama aku dan saya.
    2. Sudut pandang orang ketiga. Pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga dia, ia atau nama orang.
    3. Sudut pandang campuran ku dan dia.
    4. Konflik, adalah pertentangan atau ketegangan yang terdapat dalam sebuah cerita karya satra. Konflik dibedakan menjadi:
      1. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara tokoh dan sesuatu diluar dirinya.
      2. Konflik internal adalah konflik antara tokoh dengan dirinya sendiri.
Unsur-unsur iekstrinsik, antara lain ssebagai berikut:
  1. Sikap, keyakinan, dan pandangan hidup pengarang.
  2. Latar belakang pengarang.
  3. Psikologi pengarang.
  1. Kebahasaan
Kata akibatnya dan dengan demikian disebut kata penghubung karena berfungsi menghubungkan kalimat dengan kalimat, sehingga kata tersebut akan memperjelas hubungan makna kalimat yang digabungkan.Jadi, kalimat yang diikuti dengan kata penghubung akibatnya dan dengan demikian menyatakan makan akibat dari apa yang diungkapkan dalam kalimat utama.
Selain kata penghubung akibatnya dan dengan demikian kata penghubung akibat yang lain adalah sehingga, sampai-sampai, maka, oleh karena itu, dan oleh sebab itu.

4 Larangan tentang Sarapan


 Kehidupan sebagai komuter di Jakarta atau kota-kota besar lainnya membuat kita merasa tak punya waktu untuk sarapan. Sampai di kantor, rasa lapar mendera, namun terpaksa dilupakan karena sudah dihadang pekerjaan yang menumpuk. Kalaupun akhirnya menyempatkan sarapan di kantor, menunya pun menyesuaikan dengan penjaja makanan di sekitar kantor, seperti gorengan, bubur ayam, lontong sayur, mi instan, atau donat yang tersaji di coffee shopdekat kantor. Situasi ini membuat sesi sarapan menjadi tidak wajib dan tidak terkendali. Padahal, untuk urusan sarapan, ada empat larangan yang perlu Anda hindari:

Melewatkannya. Masih banyak orang yang melewatkan sarapan, entah karena tak sempat atau karena merasa tak perlu. Padahal sarapan fungsinya membantu mendongkrak metabolisme setelah metabolisme Anda melambat saat tidur malam. Selain itu, sarapan juga bisa menjadi alat untuk memelihara berat badan. Konsumsilah menu sarapan yang sehat untuk memastikan energi, otak, dan berat badan, selalu terjaga.
Menundanya. Waktu terbaik untuk sarapan adalah satu jam setelah Anda bangun tidur. Sebisa mungkin tidak menundanya, kecuali Anda punya ritual olahraga lebih dulu dan ngemil sebelumnya untuk menambah energi. Sekitar 30 menit hingga dua jam setelah olahraga, pastikan Anda menyiapkan menu sarapan yang mengandung karbohidrat dan protein untuk mengembalikan energi tubuh Anda.

Melupakan serat (dan protein). Menu sarapan yang mengandung serat dan protein membantu Anda merasa kenyang lebih lama, sehingga Anda tidak tergoda untuk ngemil lagi sebelum waktu makan siang. Nikmati, misalnya, nasi pecel komplit, atau bubur manado. Jika tak ingin menu yang terlalu mengenyangkan, coba siapkan telur dadar dengan isi sayuran, atau roti gandum dengan selai kacang. Sebaiknya Anda tidak sarapan dengan kue-kue yang manis, karena akan membuat Anda cepat merasa lapar dan lesu.
  
Minum kopi berlebihan. Secangkir kopi di pagi hari memang akan banyak membantu, misalnya menajamkan pikiran dan mengurangi risiko berbagai penyakit. Namun batasi konsumsi kopi Anda sebanyak satu atau dua cangkir saja sehari, agar Anda tidak merasa gelisah, atau meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Jika Anda biasa minum dua cangkir kopi, cobalah mengganti cangkir kedua Anda dengan teh hijau yang mengandung antioksidan. 

B.Indonesia - Wawancara


  1. 1. Wawancara dengan narasumber
Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data atau memperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber atau otoritas.
Adapun tujuan wawancara adalah sebagai berikut:
  1. bahan informasi,misalnya berkaitan dengan masalah sosial,politik,ekonomi,dll
  2. bahan opini,misalnya pendapat dan tamggapan narasumber terhadap suatu masalah.
  3. bahan ceriat,misalnya untuk mendukung penulisan karya sastra.
  4. bahan biografi,misalnya riwayat hidup tokoh yang akan ditulis.
Wawancara berdasarkan pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
  1. wawancara terstruktur,yaitu wawancara yang dilaksanakan secara terencana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan.
  2. wawancara tidak terstruktur,yaitu wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.
Wawancara memiliki 7 jenis,yaitu:
  1. wawancara bebas,yaitu wawancara yang susunan pertanyaannya tidak ditentukan lebih dulu dan pembicaraannya tergantung kapada suasana pembicara.
  2. wawancara terpimpin,yaitu wawancara dengan memakai daftar pertanyaan yang sudah disiapkan terlebih sebelumnya.
  3. wawancara individual,yaitu wawncara yang dilakukan seseorang dengan responden tunggal.
  4. wawancara kelompok,yaitu wawancara yang dilakukan terhadap sekelompok orang dalam waktu bersamaan.
  5. wawancara konferensi,yaitu wawancara antara seorang pewawancara dengan sejumlah responden atau sejumlah pewawancara dengan seorang responden.
  6. wawancara terbuka,yaitu wawancara yang berdasarkan pertanyaan yang tidak terbatas jawabannya.
  7. wawancara tertutup,yaitu wawancara berdasarkan pertanyaan yang terbatas jawabannya.
Tahap-tahap wawancara,yaitu:
  1. menentukan topik wawancara
  2. menentukan narasumber yand disesuaikan dengan topik wawancara.
  3. mengetahui identitas narasumber secara umum
  4. menghubungi atau mengkonfirmasi narasumber yang akan diwawancarai
  5. membuat garis besar atau daftar pertanyaan
  6. mempelajari masalah yang berkaitan dengan topik wawancara
  7. mempersiapkan alat Bantu untuk mencatat hasil wawancara
ketika wawancara dengan narasumber,ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (etika/sopan santun), yaitu sebagai berikut:
  1. datang tepat waktu sesuai dengan perjanjian
  2. bersikap sopan santun,wajar dan ramah
  3. dahulukan pertanyaan yang ringan dan sederhana
  4. bertanya dengan kalimat yang jelas dan singkat sesuai dengan topik wawancara
  5. hindari pertanyaan yang bersifat pribadi
  6. mencatat hal-hal yang penting hasil wawancara dan menyimpulkannya sendiri
  7. jangan menyela apabila narasumber sedang berbicara
  8. selesai wawncara ucapkan terima kasih 
2. Merangkum Hasil Wawancara

Menyimak informasi dari kegiatan wawancara merupakan kegiatan yang bermanfaat karena dapat menambah wawasan terhadap topik yang diangkat.
Rangkuman atau ringkasan adalah penyajian singkat dari sebuah tulisan asli atau hasil pembicaraan dengan tetap mempertahankan urutan-urutan isi atau pernyataan-pernyataan sesuai dengan karangan atau pembicaraan aslinya,serta tetap sesuai denagn sudut pandng penulis karangan atau pembicara.

ENGLISH -CONDITIONAL SENTENCES

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita berandai-andai. Misalnya, seandainya (jika) kamu mau jadi pacar saya, saya akan buat kamu orang paling bahagia di dunia. Seandainya saya kaya, saya akan bangun hotel bintang 5 di pantai Kuta. Seandainya saya punya sayap, saya akan terbang petikkan bintang untukmu. Dan seterusnya.  Kalimat-kalimat seperti ini disebut kalimat pengandaian atau dalam bahasa Inggris disebut conditional sentences.
Dalam bahasa Inggris, conditional sentences pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       digunakannya kata if dalam anak kalimat (subordinate clause). Karena clause ini diawali oleh if maka disebut if clause.
b.       digunakannya modal auxiliary, seperti will, can, may, must, would, could, might, etc. pada pokok kalimat (main clause).
Conditional sentences dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu: real conditional dan unreal/contrary to fact.

A.    Real Conditionals (factual / habitual / hypothetical / future possible)

Kalimat pengandaian tipe ini digunakan untuk mengekspresikan situasi atau aktivitas yang biasanya terjadi atau akan terjadi jika situasi pada if clause terpenuhi. Dengan kata lain, apa yang diandaikan itu memiliki peluang untuk terjadi atau menjadi kenyataan.
Sebagai contoh, ketika seorang teman mengajak saya, apakah malam ini saya mau nonton atau tidak, saya mungkin katakan:
·         If I have the time, I will go.  (Jika saya punya waktu, saya akan pergi).
Kalimat ini secara implisit juga berarti,
·         If I don’t have the time, I will not go. (Jika saya tidak punya waktu, saya tidak akan pergi).

Penggunaan real conditionals

Kalimat pengandaian tipe ini dapat digunakan untuk menyatakan:

a.      Future time

If + S + Present Tense, S +

will

+ Verb 1

can

may

must

 

Note: if clause bisa diletakkan di depan kalimat (seperti formula di atas), bisa juga diletakkan di belakang setelah main clause. Ini tidak merubah arti kalimat. Dengan catatan, jika if clause diletakkan di belakang, tanda koma tidak diperlukan.
Contoh:
1.      If I have the money, I will give it to you.  (Jika saya punya uangnya, saya akan memberikannya kepada kamu).
2.      If you keep driving on this speed, we may arrive at home before 10 p.m. (Jika kamu terus nyetir mobil pada kecepatan ini, kita mungkin tiba di rumah sebelum jam 10 malam).
3.      I can pass this subject if I study hard. (Saya dapat lulus mata kuliah ini, jika saya belajar giat).
4.      You must bring an umbrella if I you don’t want to get wet. (Kamu harus membawa payung, jika kamu tidak ingin basah (kehujanan).

b.      Habitual (kebiasaan/habit)

If + S + Verb 1, S + Verb 1

Note: Dalam formula ini, modal auxiliary tidak digunakan.
Contoh:
1.      If Budi has enough time, he usually walks to campus. (Jika Budi punya cukup waktu, dia biasanya jalan kaki ke kampus).
2.      I usually watch football on TV every Saturday night if I do not fall asleep. (Saya biasanya nonton sepakbola di TV tiap Sabtu malam jika saya tidak tertidur).
3.      If he has money, he always treats us. (Jika dia punya uang, dia selalu mentraktir kita).

c.       Command (perintah)

If + S + Verb 1, S + Verb 1

Contoh:
1.      If you finish with your work, please help me. (Jika kamu selesai dengan pekerjaanmu, tolong bantu saya).
2.      Please give me a cigarette if you don’t mind. (Tolong beri saya sepuntung rokok, jika kamu tidak keberatan).
3.      If you have time, please meet me in my office.  (Jika kamu punya waktu, tolong temui saya di kantor saya).


B.     Conditional Sentences (Part 2): Unreal atau Contrary to Fact Conditionals

Berbeda dengan real conditionals, makna dari kalimat conditional tipe ini selalu bertolak belakang dengan kenyataan (fakta). Artinya, jika faktanya dalam kalimat positif (affirmative), conditionalnya pasti dalam kalimat negatif; Sebaliknya, jika faktanya dalam kalimat negatif, conditionalnya harus dalam kalimat positif.
Ada dua tipe kalimat unreal conditionals, yaitu: jika faktanya dalam simple present tense dan jika faktanya dalam simple past tense. Unreal conditionals dapat dibuat dengan menggunakan conjunctions “if” (seperti halnya dalam real conditionals), dengan menginversi (menempatkan kata bantu) ke depan subject kalimat, dengan menggunakan “as if” atau “as though“, dan verb “wish“. Penggunaan verb “wish” ini akan dibandingkan dengan penggunaan verb “hope“.

A. Unreal conditionals jika faktanya dalam simple present tense

a. Jika faktanya dalam simple present tense atau future tense, maka conditionalnya mengikuti pola berikut:
If + S + Verb 2, S +
would
+ Verb 1
could
might
Contoh:
1.      If the teacher didn’t speak quickly, I could understand better what he is teaching about. (Jika guru itu tidak berbicara dengan cepat, saya dapat memahami dengan lebih baik apa yang dia sedang ajarkan). Fakta dari kalimat ini adalah: the teacher speaks quickly, so that, I can’t understand well what he is teaching about.
2.      He could hug me, if he were here. (Dia boleh memeluk saya, jika dia di sini). Faktanya: he can’t hug me, because, he is not here.
3.      If I had a pair of wings, I would fly high. (Jika saya punya sepasang sayap, saya mungkin terbang tinggi). Faktanya: I don’t have a pair of wings, I cannot fly high.
Perhatikan:
1.      Selalu gunakan be “were”; Be “Was” tidak pernah digunakan dalam unreal conditional (lihat contoh 2).
2.      Jika main clause dan if clause dalam kalimat pengandaian merupakan kalimat positif (affirmative), faktanya harus dalam kalimat negatif. Sebaliknya, jika main clause dan if clause dalam kalimat pengandaian merupakan kalimat negatif, maka faktanya harus dalam kalimat positif.



B. Unreal conditionals jika faktanya dalam simple past tense

Jika faktanya dalam simple past tense atau past future tense, maka conditionalnya mengikuti formula berikut:
If + S + had + Verb 3, S +
would
+ have + Verb 3
could
might
Contoh:
1.      If Robby had not gone to a movie last night, he would not have met Susan (jika Robby tidak pergi nonton film (di bioskop) tadi malam, dia tidak akan berjumpa dengan Susan). Fakta dari kalimat ini adalah: Robby went to a movie last night, then, he met Susan.
2.      If the German football team had played well, it could have beaten Spanish team (jika team sepak bola Jerman bermain bagus, team itu dapat mengalahkan team Spanyol). Faktanya: German foot ball team didn’t play well, it couldn’t beat the Spanish team.
3.      You could have answered the questions well If you had studied well last night (kamu dapat menjawab soal-soal dengan baik, jika kamu belajar dengan baik tadi malam). Faktanya adalah: you couldn’t answer the questions well, because, you didn’t study well last night.
Perhatikan: Unreal condition yang kedua ini juga dapat diekspresikan dengan menempatkan auxiliary had di awal kalimat. Arti kalimat tidak berubah. Dalam hal ini, kata if tidak digunakan. Jika formula berikut yang digunakan, main clause selalu ditempatkan di belakang (setelah sub-clause).
Had + S + Verb 3, S +
would
+ have + Verb 3
could
might
Contoh:
1.      Had Robby not gone to a movie last night, he would not have met Susan.
2.      Had the German football team played well, it could have beaten the Spanish team.
3.      Had you studied well last night, you could have answered the questions well.

Penggunaan As if/As though dalam unreal conditionals

Conjunction as if atau as though (artinya: seolah-olah) juga dapat digunakan untuk mengekspresikan situasi yang bertolak belakang dengan kenyataan. Untuk tujuan ini, verb yang mengikuti conjunction ini harus dalam bentuk past tense (verb2) atau past perfect tense (had + verb3).
S + Verb 1 + as if / as though + S + Verb 2
Contoh:
1.      Norman behaves as if he were a president. (Norman berperilaku seolah-olah dia seorang presiden). Faktanya, he is not a president.
2.      You look as though you saw a ghost (you tampak seolah-olah kamu melihat setan). Faktanya, you don’t see a ghost.
3.      The plant grows fast as if it were 5 years old (tanaman itu tumbuh cepat seolah-olah tanaman itu berumur 5 tahun). Faktanya, the plant is 1 years old.
S + Verb 2 + (as if / as though) + S + had + Verb 3
Contoh:
1.      Ali talked about the contest as if he had won the grand prize. (Ali bercerita tentang kontes itu seolah-olah dia telah memenangkan hadiah utama). Faktanya, he didn’t win the grand prize.
2.      He spoke as though he had not stolen the money. (Dia berkata seolah-olah dia tidak mencuri uang itu). Faktanya, he stole the money.
3.      She cried as though she had not been happy at all. (Dia menangis seolah-olah dia tidak bahagia sama sekali) Faktanya, she was happy at all (itu tangis kebahagiaan kali!).

Penggunaan Wish/ hope dalam conditional sentences

Verb wish dan hope sama-sama berarti berharap, tetapi penggunaannya dalam kalimat sangat berbeda. Hope digunakan untuk mengekspresikan sesuatu yang mungkin terjadi atau akan mungkin terjadi. Sebaliknya, wish digunakan untuk menyatakan sesuatu yang pasti tidak terjadi atau tidak akan mungkin terjadi. Hope dapat diikuti oleh verb dalam sembarang tensis; wish tidak dapat diikuti oleh verb dalam simple present tense atau  modal auxiliary simple present tense.
Perhatikan perbedaan penggunaan wish dan hope pada contoh-contoh di bawah ini:
1.                  We hope that they can come. (kita berharap bahwa mereka bisa datang). Dalam kalimat ini subject we tidak tahu apakah they bisa datang atau tidak. Tetapi, ada kemungkinan bahwa they bisa datang.
2.                  We wish that they could come. (kita berharap bahwa mereka bisa datang). Di sini, we sudah tahu bahwa they tidak bisa datang. Faktanya adalah: they can’t come.
3.                  I hope that they came yesterday. (saya berharap kamu datang kemarin). Di sini, I tidak tahu apakah they datang atau tidak kemarin.
4.                  I wish that they had come yesterday. (saya berharap bahwa mereka datang kemarin). Di sini,  I sudah tahu bahwa they didn’t come yesterday. Faktanya adalah: they didn’t come yesterday.
Jadi, clause yang mengikuti wish clause pada prinsipnya adalah unreal conditional.
Penggunaan wish dalam unreal conditionals ada 3, yaitu: future wish, present wish, dan past wish.

a. Future wish

S + wish + (that) + S +

could + Verb 1

would + Verb 1

were + Verb-ing

Note: Penggunaan relative pronoun thatadalah optional (bisa digunakan, bisa juga tidak):
Contoh:
1.      I wish my friend would visit me this afternoon. (Saya berharap teman saya akan mengunjungi saya sore ini). Faktanya: my friend will not come this afternoon.
2.      They wish that you could come to the party tonight. (Mereka berharap bahwa kamu bisa datang sebentar malam). Faktanya: you can’t come.
3.      Bobby wishes he were coming with Angelia.  (Bobby berharap dia datang dengan Angelia). Faktanya: Bobby is not coming with Angelia.

b. Present wish

S + wish + (that) + S + Verb 2

Contoh:
1.      I wish I were rich. (Saya berharap saya kaya). Faktanya adalah: I am not rich.
2.      I wish I had enough time to finish my work. (Saya berharap saya punya cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan saya). Faktanya: I don’t have enough time to finish my work.
3.      John wishes that Ririn were old enough to be his girl friend. (John berharap bahwa Ririn cukup umur untuk menjadi pacarnya). Faktanya: Ririn is not old enough to be John’s girl friend.
4.      I wish I didn’t have to come to class today.  (Saya berharap saya tidak harus pergi kuliah hari ini). Faktanya: I have to go to class today.
5.      I wish my TOEFL score were over 650 now. (Saya berharap nilai TOEFL saya sekarang lebih dari 650). Faktanya: my TOEFL score is not over 650 now.






c. Past wish

S + wish + (that) + S +

had + Verb 3

could + had + Verb 3

Contoh:
1.      I wish I had washed my clothes yesterday. (Saya berharap saya telah cuci pakaian-pakaian saya kemarin). Faktanya: I didn’t wash my clothes yesterday.
2.      Irwan wishes that he had answered the questions well. (Irwan berharap bahwa dia telah menjawab soal-soal dengan baik). Faktanya: Irwan didn’t answer the questions well.
3.      Christian Ronaldo wishes that his team could have beaten the German team.  (Christian Ronaldo berharap bahwa teamnya dapat mengalahkan team Jerman). Faktanya: Christian Ronaldo’s team couldn’t beat the German team.
I wish you had been here last night. (Saya berharap kamu ada di sini tadi malam). Faktanya: you were not here last night.