Senin, 16 Maret 2020

Sharing - Serba Serbi (Pengalaman) Kehamilan Part 1


Assalammu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Sengaja nulis postingan ini, dimulai dengan Bismillah untuk pengingat dan ingin berbagi cerita juga semangat kepada bumil-bumil muda yang lagi sering-seringnya searching tentang kehamilan. Zaman milenial, era mobilisasi yang seolah tiada batasnya, semakin memudahkan kita mencari berbagai informasi -apapun- yang kita inginkan di internet. Tentu ini menjadi poin plus karna kita semakin banyak menyerap informasi baru. Namun hal itu juga yang bisa menjadi pemicu terlalu banyak informasi yang ada sehingga kita bingung memilih mana yang harus kita gunakan untuk kasus atau kondisi yang sedang kita alami.

Ini berlaku juga untuk bumil alias ibu hamil muda (seperti aku hehe). Tepat setelah satu bulan menikah (menikah tanggal 22 Desember 2018), Allah titipkan "utun" di kehidupan rumah tangga kami yang baru mulai tumbuh. Senang, kaget dan rasa "masa sih?" alias tidak percaya akan dititipkan momongan secepat ini tentu ada di benakku. Tidak ada masalah memang, karena dari awal pernikahan aku dan suami sudah sepakat tidak akan menunda punya momongan, tapi masih kaget karna belum sempat honeymoon (bercanda ding hihi =D). Di awali dengan kondisi tubuh yang saat itu demam, menggigil, batuk yang lumayan mengganggu dan badan yang rasanya lina-linu, kami pergi ke dokter di satu klinik dekat rumah. Saat itu aku diperiksa, beliau tanya sedang hamil atau tidak dan sudah bisa ditebak, aku menjawab dengan PD "Tidak, Dok".

Setelah itu aku diresepkan obat untuk demam dan batukku yang lumayan mengganggu. Waktu itu seharusnya aku rehat, tapi apa daya kami harus menempuh perjalanan ke Jogja untuk mengambil barang-barangku (karna aku kuliah di sana, dan barang-barang aku titipkan dulu di rumah nenek di Klaten). Jadilah bermodal nekad kami berangkat dengan bus. Tentu keadaanku semakin menjadi, tengah malam menjelang subuh aku batuk sampai muntah beberapa hari ke depannya. Nafsu makan menurun, badan pegal linu semakin menjadi. Tidak terpikirkan sama sekali kalau ternyata itu adalah tanda-tanda aku sudah hamil.

Singkat cerita, bulan januari aku cek jadwal haidku (aku memang track pakai aplikasi), ternyata sudah lewat tanggalnya. Aku tipe orang yang hampir on time kalau masalah haid, telat paling lama 2 hari. Akhirnya aku iseng minta kak suami belikan test pack. Bangun tidur, ku tes dengan urin pertama dan pagi itu benar-benar membuatku "melek". Garisnya dua!! Maa syaa Allah, alhamdulillah. Langsung ku kabarkan ke kak suami, kami saling tatap dengan mata berkaca dan perasaan haru.

Tapiiii, amat sangat disayangkan. Saat itu memang kami belum banyak ilmu mengenai kehamilan. Ketika periksa ke dokter, beliau bilang kalau ibu hamil bukan orang sakit, jadi tidak ada pantangan apapun selama tidak ada keluhan. Hanya disuruh rajin minum vitamin dan asam folat. Berbekal hal itu juga, kami "bandel". Aku ngintilin suami yang waktu itu kuliah S2, yang jaraknya 28km dan mesti pulang-pergi. Aku tetap mau ikut suami dari Depok-Bekasi naik motor.

Mungkin sebenarnya si dedek sudah mengeluh ya di dalam sana, jadi dia mengirimkan sinyal berupa flek darah di bulan keduanya. Kami buru-buru kontrol ke dokter. Lagi-lagi dokter hanya memberi obat penguat dan petuah: "jangan capek-capek dulu, kalau bisa puasa (berhubungan, pent)".
((Baru ku tau bahwa jika terjadi pendarahan, si ibu harus bedrest minimal 3 hari)). Berbekal petuah dokter dan ilmu kami tentang kehamilan yang masih minim, setelah obat penguat habis aku tetap beraktivitas seperti biasa. Tetap ikut suami kuliah, berkutat dengan kemacetan, polusi dan lain-lain.

Pada akhirnya, ketika masuk usia kandungan 12 minggu..
Aku terbangun karna merasa kasur di bawahku basah. Sempat tersirat "masa aku ngompol sih?"
Cepat ku cek, tapi tidak berbau. Langsung buru-buru aku ke kamar mandi.
Qodarullah, mulai keluar darah dari jalan lahir itu...

To be continued...

Sabtu, 07 Juli 2018

Hi There :)


Assalamu'alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh

Hi there :)
Saat aku menuliskan ini, aku sedang asyik duduk menunggu di ruang tunggu bandara kota Istimewa. Banyak yang lalu-lalang memang. Ada yang terlihat menyambut dengan senyum orang-orang tersayangnya, namun ada pula yang berwajah haru melepas mereka yang terkasih untuk pulang lagi menjalankan rutinitas seperti biasa.

Ah, tanpa ku sadari aku seperti sedang bercermin.
Ya, bercermin pada pengalaman sendiri yang juga sudah berulang kali merasakan perasaan yang sama seperti mereka. Terlintas di pikiranku, bagaimana senyum yang merekah tanpa bisa ku tahan itu terus-terusan tersungging di bibirku tatkala aku menunggumu datang. Saat ekor mataku mendapati bayanganmu di antara orang-orang yang menyeruak keluar itu, aku langsung menarikmu dan mengucapkan salam. Walaupun bukan yang pertama kali, tapi getaran aneh di perutku terus-terusan kambuh ketika aku melihatmu. Lalu seakan sirna ketika kamu mengelus kepalaku lembut, membalas salaman dariku.
Recehnya ya aku, hanya hal sederhana begitupun aku sudah meleleh.

Ternyata, getaran-getaran aneh di perutku muncul lagi. Saat aku harus mengantarkan kamu untuk pulang lagi menemui hari-hari sibukmu di sana. Namun saat-saat seperti ini, getaran aneh itu diperparah dengan tangan yang gemetar dan ada buliran air menetes dari pelupuk mataku. Perasaan yang sangat bertolak belakang terjadi hanya dalam beberapa hari. Terkadang aku ingin menjadi egois di saat-saat seperti ini. Tapi lagi-lagi kamu dengan lihainya menenangkan aku untuk tetap sabar, bahwa yang menunggumu di sana adalah tanggung jawab yang harus kamu penuhi. Jika kamu mangkir dari tugas itu, maka aku jugalah yang akan merugi nantinya. Baiklah, aku mengalah. Karna memang aku tidak punya kesempatan untuk menang, sih.

Rindu yang tumbuh dalam beberapa puluh bahkan beberapa ratus hari, harus cukup disemai dalam waktu beberapa jam saja. Terasa sangat tidak adil memang, waktu-waktu yang ku habiskan sendiri harus lebih banyak dibandingkan dengan waktuku bersamamu. Tapi apa mau dikata? Lagi-lagi kamu menengahi, lebih baik sedikit daripada tidak sama sekali. Dan akhirnya aku mengalah lagi. Kamu memang begitu pandai menyelami perasaanku. Walaupun aku tahu, pun kamu merasakan hal yang sama tapi tetap saja kamu mampu mengendalikan suasana.

Lalu terbayang, waktu singkat itu benar-benar diisi dengan kebiasaan kita. Tawa karna banyolanmu, ocehan, diskusi, bahkan rengekanku karna kejahilan/ketidakpekaanmu bergulir begitu cepatnya. Sampai kadang aku tidak sadar, detik berlalu mengantarkanmu kembali ke perantauan.


Long Distance Relationship.
Begitu sih orang-orang mengistilahkan hubungan seperti ini. Tapi bagiku, raga memang terpisah oleh jarak tapi pilihan tetap ada pada kita, apakah kita kalah pada jarak atau kitalah yang akan mengalahkannya.
Tidak mudah memang, tapi bukan berarti tidak mungkin dan tidak akan berhasil.
Terimakasih ya, kamu, tetap sabar terhadap aku yang kadang egoisnya luar biasa.
Senyebelin gimanapun kamu, aku akan tetap sambut kamu dengan senyum kapanpun kamu pulang lagi ke kota kita.

Ditulis di bulan Syawal (7 Juli 2018)

Sabtu, 10 Maret 2018

BODY SHAMING?! Masih Jaman?


Assalammu'alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh


Hello Peopleeeee!!! 
How are you guys? Semoga sehat-sehat yaa. Kali ini aku lagi semangat buat ngebahas salah satu tema yang akhir-akhir ini  mengusik kedamaian dan ketenangan jiwa dan ragaku haha retjeh sih ya. Tapi ini serius. Sesuai dengan judul besarnya yaitu Body Shaming. Mungkin kalian pun juga sering denger ya istilah ini.

Jadi, the definition of Body Shaming is practice of making critical, potentially humiliating comments about a person's body size or weight. Itu bahasa londonya, kalau bahasa Indonesianya sih kurang lebih jadi seperti ini; Body Shaming itu adalah perbuatan baik itu perilaku atau perkataan yang berupa kritik terhadap bentuk atau ukuran dan berat badan orang lain. Udah bisa dipahami bareng-barang ya apa yang dimaksud dengan body shaming ini?

Ga bisa dipungkiri, mungkin banyak orang di Indonesia yang pernah mengalami hal yang kurang mengenakkan ini. Aku termasuk salah satu di antara banyak orang yang mengalami langsung hal ini, bahkan sejak aku masih duduk di bangku SD. Jujur, aku ini termasuk tipikal orang yang memiliki tulang yang besar (kayaknya sih) dan tinggi badan yang saat itu "lebih" dari teman-teman seusiaku. Di tambah lagi, keluargaku tidak pernah membatasi aku dalam urusan jajan-menjajan. Mau sebanyak apapun aku makan, ya bakal tetap dipenuhin permintaanku. Mungkin saking sayangnya ya sama anak hahah. And then, jadilah abdi ini badannya "bongsor" (I hope you guys understand what I mean ya). Nah sejak itulah terjadi bullying terhadap badan abdi. Asal kalian tau guys, diperlakukan kayak gitu sama sekali ga enak! Semoga kalian tidak termasuk dalam sekumpulan orang yang melakukan body shaming ini ya teman temaku yang budiman :)

Syukurlah itu ga berlanjut. Ya udah lah ya, anggep aja itu keegoisan anak SD yang belum bisa berfikir jernih. Tapi keadaan psikologis orang itu beda-beda ya guys, alhamdulillahnya saat itu aku masih bisa kuat dan tegar menghadapi itu hahaha, tapi kan kita ga tau kondisi seseorang itu gimana. Bisa jadi hal yang kita anggep sehat, tapi justru tertekan secara psikologis. Walau saat itu aku merasa bisa menghadapi bully-an, tapi itu memang membuat aku merasa sangat amat insecure sama bentuk badanku. Pajai baju apapun jadi ga enak, ga nyaman. Takut diliat ga cocok, takut dianggap jelek, jadi ngerasa orang tu natap kita dengan tatapan aneh gitu kemanapun aku pergi. Karena hal itu juga, abdi jadi paling risih kalau ada orang yang suka ngomongin tentang bentuk badan orang lain. Bodo lah tu orang yang ngomongin emang ganteng/cantik menurut sebagian orang, atau dianggap sebagai percontohan bentuk badan yang ideal. Tetap aja dia ga punya hak buat komentarin bentuk badan orang lain.

Gini deh, gini. Contohnya bentuk bullying/body shaming yang sering banget aku temuin di sekitar; "Eh, kok jidatmu gede (jenong) banget sih? Kayaknya pesawat tempur bisa tuh numpang mendarat di situ", atau "Kamu kurusan ya sekarang?", "Widih, badanmu gede banget ya udah kayak gajah bengkak (What the.....)", atau "Waktu pembagian tulang dulu kamu ga dateng ya, kok bisa pendek banget sih?", daaaaaaaaaaaan masih banyak yang lainnya.
Kita tuh siapa sih, sampe boleh dengan semena-mena, mengkritik, menghina, menjelekkan bentuk badan seseorang yang dalam persepsi orang-orang kurang pas sama standar kecantikan/kegantengan manusia? Emang yang membuat seseorang dikatakan cantik dan atau ganteng itu yang komposisi tubuhnya kayak gimana sih? Apa ada ketentuan/hukum yang tertulis masalah itu? Engga ada kan? Standar itu kan manusia sendiri yang membuat.

Sadar atau engga, hal-hal yang dianggap sepele ini yang mengakibatkan akhirnya orang (korban) yang merasa insecure dengan tubuhnya mencari jalan keluar dari permasalahan. Makanya timbullah treatment kecantikan yang lebih dari make up. Dan yang paling terkenal ialah apa lagi kalau bukan plastic surgery alias operasi plastik. Jalan pintas mendapatkan bentuk tubuh ideal supaya bisa diterima sama society. Tapi engga cukup sampe situ aja, setelah melakukan treatment itu bakal ada orang yang akan terus mengkritik, sehingga orang akan terus menerus melakukan treatment tersebut tanpa peduli bahwa tubuhnya udah ga kuat lagi, dan akhirnya dia hanya menyakiti dirinya untuk memuaskan penilaian khalayak dengan standar yang tidak akan pernah ada habisnya.

Maksud abdi adalah, ayolah, jangan jadi oknum-oknum penyebab terjadinya akibat yang barusan aku jelasin di atas itu. Ayo kita jadi generasi yang saling menguatkan, saling mendukung untuk hal-hal yang positif. Jangan cuma berani menjadi komentator tanpa bisa bertanggung jawab atas akibat yang mungkin kelak bisa merugikan orang lain. Toh kita juga tidak akan dirugikan dengan bentuk badannya orang lain, kan?

Sebagai seorang muslim, aku sangat amat percaya bahwa Allah Ta'ala sudah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna. Tiap-tiap manusia itu Allah ciptakan dengan ciri khas dan keunikannya masing-masing, karna itulah tanda kebesaran Allah. Coba deh banyangin, kalau aja semua manusia di muka bumi ini diciptain sama. Mukanya sama, tingginya sama, hidungnya sama, rambutnya sama, apa yang bakal terjadi coba? Bisa bayangin ga kalian? Bisa ketuker dah tu kita sama emak kita hahah. Makanya Allah itu udah mentakar dengan sangat bijak apa yang tubuh kalian miliki sekarang. Mungkin bagi mereka yang dikasih Allah hidungnya mungil, ya emang itu yang paling pas buat bentuk wajah mereka. Bagi yang dikasih mata sipit, ya itu yang paling pas lah pokoknya. Terus kenapa kita yang cuma sama-sama ciptaan Allah ini seenak jidat menghina bentuk badan orang lain? Berarti secara ga langsung sama aja kayak kita menghina ciptaan Allah kan? Emangnya ga malu?

Saling berempati dan bersimpati lah. Kalau emang mungkin di mata kamu ada bentuk tubuhnya yang kurang "srek" sama standar kamu, cukup diam. Jangan kamu lontarkan, apalagi sampe dibuat bahan becandaan. It's not funny at all. Manusia ga ada yang bisa request mau dilahirin dengan atribut seperti apa. Kalau boleh minta ya pasti semuanya udah rebutan dah tu, mau jadi yang paling cantik dan atau paling ganteng. So, stop complaining! Bersyukurlah sudah Allah ciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Percuma dilahirkan sebagai manusia yang "ideal" menurut standar manusia lain kalau tidak bersyukur, lalu lupa berakhlak baik, lupa menambah ilmu, lupa bertaubat, lupa bermanfaat dan lupa mati. Buat apa?

"Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, mereka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan" Q.S An Nahl (16) : 97.


Wallahu a'lam bishowab
Semoga bisa menjadi pengingat, baik buat diri abdi sendiri dan buat temen-temen yang udah mampir dan baca.
Thankyou for coming, cause sharing is caring!

Wassalammu'alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh

Kamis, 01 Februari 2018

Yuk, Bersyukur :) #30harimenulis

Bismillah.. 

Assalamu'alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh :)

Hai hai, balik lagi setelah sekian ribu detik (lebay wkwk) ga balik nengokin blog ini. Entah kenapa kepikiran buat challange #30harimenulis. Ini juga bisa jadi metode self assesment loh buat temen-temen, mungkin ada yang lagi ngerasa stres, pengen curhat tapi gatau sama siapa, atau lagi ngerasa galau tapi penyebabnya juga ga jelas apa. Nah, kamu bisa nih mulai nulis. Tulis aja kejadian atau aktivitas yang kamu lakuin seharian ini. Nah, nanti tulisan kalian itu bisa jadi bahan refleksi buat diri kalian sendiri :)

oke, back to the main topic; Bersyukur.
Udah bersyukur kah kita hari ini? Kenapa kita mesti bersyukur?
Bersyukur itu artinya kita menerima nikmat yang diberi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala buat kita dengan hati yang lapang dan ikhlas.

Allah berfirman dalam Q.S Ibrahim [14] - ayat 7 :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.” [HR. Bukhari Muslim]

Kadang kala kita merasa dapet ujian yang berat, kadang ngerasa udah nabung lama tapi kok rasanya engga pernah cukup, atau selalu ngeluh sama apa yang udah kita dapet. Itu karena kita mungkin kurang bersyukur. Coba deh kalo apapun yang udah kita dapetin hari itu, kita nikmati. Kita ucap "Alhamdulillah, segala puji bagiMu yaAllah" itu bakal buat hati kita lebih lapang. Percaya deh.
Atau, kalau misalnya kita ngeluh kok ga bisa makan enak di resto-resto mehong, uang bulanan selalu ga cukup, kita liat lagi saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Kadang kita lihat banyak anak-anak seusia SD udah kerja bantu orang tuanya baik itu dagang di pasar atau bahkan mereka harus jadi pengamen jalanan. Kepikiran ga, kita dulu di usia mereka sekarang itu lagi ngapain? Setelah lihat hal-hal kayak gitu masihkah ada alasan buat kita untuk ga bersyukur, gais?

Bersyukur itu gampang kok. Nikmati aja apa yang udah Allah kasih buat kita. Eits, bukan artinya nyerah ya. Itumah beda :p
Yuk, sama-sama kita latih diri kita untuk jadi hamba yang bersyukur :)




Untuk nambahin wawasan tentang bersyukur, klik link di bawah ini ya ⏬⏬

Kamis, 16 Maret 2017