Sabtu, 05 Oktober 2013

Untukmu, yang selalu tau cara terbaik menyakitiku




Untukmu, yang selalu tau cara terbaik menyakitiku.
yang selalu tau cara memaksaku tersenyum di balik isakanku.

Aku masih belum mengerti. Aku juga masih belum paham sepenuhnya. Apa yang sebenarnya terjadi. Dan mengapa semuanya terjadi. Begitu sulit aku mencari jawaban untuk itu. Terjadi begitu saja tanpa bisa kuredam. Begitu banyak pertanyaan yang muncul di benakku. Semuanya begitu tak masuk akal. Kenapa? Kenapa? Kenapa dan terus kenapa? Kenapa kamu begitu tega melakukannya? Kenapa harus aku? Kenapa tak cukup hanya aku saja? Kenapa kamu membawakanku rasa sakit yang tak terkira? Kenapa bukan mereka saja yang kamu sakiti? Kenapa harus aku yang merasakannya? Kenapa harus kamu orang yang kusayangi dengan begitu tulusnya? Kenapa harus kamu yang bisa mengalihkan semua perhatianku? Kenapa harus kamu yang terus dan terus bisa ada dalam pikiranku? Kenapa cuma kamu yang tak bisa kuusir pergi dari lamunanku walau aku amat sangat menginginkannya? Kenapa harus kamu yang dengan kerasnya aku berusaha menjaga perasaan? Kenapa harus kamu yang selalu bisa menang atas hati ini? Kenapa harus kamu salah satu yang masuk ke daftar wajib di dalam lantunan doa-doaku? Kenapa harus kamu orangnya? Kenapa?
Aku berusaha sekuat tenaga untuk terlihat tegar dan kuat, bukan untuk ku tunjukkan padamu bahwa aku bisa. Kulakunan untuk diriku sendiri,  untuk membiasakan diriku dengan keadaan. Kamu tak akan pernah mengerti apa yang kurasakan. Apa akibat dari tindakanmu itu. Pernahkan kamu memikirkan tentangku? Sejumputpun mungkin kamu tak sudi. Karna aku bukanlah prioritasmu. Aku hanya pilihan. Wanita bodoh yang tetap ingin bertahan walau berkali-kali dikoyak hatinya. Walau berkali-kali disakiti perasaannya. Walau berkali-kali janji manis hanya sekedar kata balaka.
Kita. Aku, dan kamu. Aku sempat berpikir betapa bahagianya kamu memilihku. Karna awalnya kamu memang berbeda dari yang pernah kutemui sebelumnya. Terlihat seperti batu karang, namun hangat menyeliputi di dalam. Kamu selalu bisa membuatku luluh. Entah mantra apa yang kamu gunakan. Hari, bulan dan tahun datang silih berganti. Dua tahun menjalani hubungan denganmu, ku pikir aku sudah amat dalam mengenalmu. Tapi ternyata tidak. Kamu berubah sejak kita terpisah oleh angka-angka yang disebut jarak. Ya, jarak antara kamu dan aku. Antara pulau Jawa dan Sumatra. Kamu tahu, menjadi aku itu sangat tidak mudah. Apalagi dengan kelakuanmu yang semakin hari semakin aneh ku rasa. Ingat ulang tahunku yang masuk ke tujuh belas tahun? Aku masih ingat dengan jelas, betapa menyakitkan kenangan yang kamu berikan di hari itu. Betapa bodohnya, ketika kamu bisa melupakan bahkan yang terpenting untukku tapi aku justru terus teringat apa yang bisa membuatmu bahagia. Itu baru perjalanan di awal. Setelah itu, aku benar-benar tidak bisa mengenali lagi dirimu yang dulu. Betapa cepat seseorang merubah dirinya, ya? Yang paling ku benci bukan perubahanmu sebenarnya. Tapi karna aku yang tidak bisa mengikutimu berubah. Aku tetap menjadi diriku yang bodoh. Tetap ingin bersamamu. Aku ingin sekali menghapusnya, tapi semakin ingin ku hapus, semakin kuat pula perasaan ini. Akhirnya aku memutuskan untuk bertahan. Tapi semakin lama perubahanmu semakin tak terkendali. Semakin lama ku rasa semakin menyakitkan. Semakin lama yang kamu beri cuma kebohongan-kebohongan. Aku bertanya-tanya mengapa tak pernah kamu sebut-sebut aku di Blackberry massangermu. Kamu bilang karna kontakmu penuh dengan teman kerja dan kamu merasa tak enak. Oke, aku terima. Tapi kenyataan yang aku dapatkan? Ternyata selama ini aku tidak dianggap. Aku baru tau itu di kemudian hari. Aku membacanya. Ya, arsip percakapanmu dengan pacar salah satu teman kerjamu. Bukan itu yang membuatku sakit. Tapi selama percakapan yang kamu bahas melulu tentang wanita lain.
Kamu mencurahkan apa yang kamu rasa. Tentang betapa hebatnya wanita itu di matamu. Tentang bagaimana jantungmu saat mulai berbicara dengan wanita itu. Tentang bagaimana kamu merencanakan double date dengannya dan mereka. Ingin rasanya aku menjadi buta saat itu, ketika kata demi kata yang ku baca seakan menusuk mata. Tak kamu sebut aku di dalamnya. Padahal kita masih berstatus resmi saat itu. Pantas saja BBMku begitu lama kamu balas, karna kamu terlalu asyik membicarakan wanita itu dengannya. Pantas saja kamu sering marah tak jelas saat ku tanya mengapa sedikit sekali waktu yang bisa kamu sisihkan untukku, ternyata konsentrasimu sudah teralih untuk memikirkan wanita itu. Kamu tahu, aku benar-benar sakit. Dan mulailah, kehidupanmu dipenuhi dengan wanita-wanita lain di belakangku. Saat kita harus berpisah karna jarak, aku tak pernah berpikir tentang kekhawatiran bahwa kamu akan menduakanku di sana. Karna kamu yang aku kenal bukanlah tipe lelaki murahan seperti itu. Aku masih ingat betul saat kamu katakan bahwa wanita lain yang bisa dekat denganmu adalah dia yang menurutmu istimewa. Dan itu terbukti saat angka-angka itu belum muncul di tengah-tengah kita. Tetapi sekarang, kamu justru menelan ludahmu sendiri. Saat aku memberikan kepercayaanku padamu sepenuhnya, kamu hanya menganggapnya bahan candaan. Kamu permainkan kelemahanku, yang selalu luluh ketika kamu ucapkan maaf saat aku tau yang sebenarnya. Kamu bilang awalnya kamu sangat menyesal dan tidak mau mengulanginya lagi. Entahlah, aku sudah benar-benar dibodohi oleh perasaan sayang. Aku memaafkanmu. Lagi, lagi dan lagi. Apa menurutmu “maaf” hanyalah sebuah ungkapan tanpa diikuti langkah nyata untuk berubah? Sepertinya begitu. “Maaf” untukmu hanyalah kata kosong yang kamu gunakan untuk menghindari pertengkaran. Juga menghindari aku untuk tau lebih dalam seberapa besar kebohonganmu.
Selama ini ku pikir status di media sosialmu adalah melulu tentang aku. Betapa bahagianya. Ternyata kusadari, bahwa status-statusmu itu tak satupun yang kamu tulis untukku. Bahagia di atas kebodohan? Iya. Aku jadi makin merasa menjadi wanita tertolol sekarang. Berkali-kali kamu bodohi, berkali-kali kamu sakiti, berkali-kali kekecewaan kamu beri, tapi mengapa aku masih bisa bertahan? Hal yang ku benci adalah ketika aku merasakan bahwa kamu berbohong, dan aku mulai membuat persepsiku sendiri. Tapi sialnya, semua yang ku pikirkan itu benar adanaya. Benar terjadi. Di saat aku lelah bertahan tapi tak tau bagaimana cara melepaskan. Ya, aku terlalu takut. Aku sudah terbiasa denganmu. Terbiasa walaupun tanpa menatap mata. Terbiasa dengan pesan singkatmu yang memenuhi  inboxku. Dan aku terlalu pengecut untuk kehilangan itu. Lalu aku mencoba mendalami sebenarnya apa inginmu. Aku belajar memahami perubahanmu. Tapi aku gagal. Aku gagal memahamimu. Aku tak pernah bisa menyelami apa yang sebenarnya kamu mau, kamu inginkan. Puncaknya, saat kita sedang terhubung via telepon. Awalnya tak ada masalah. Semua berjalan seperti biasa. Kita masih saling mengejek dan tertawa kemudian. Lalu entah apa yang sedang terbersit di dalam kepalamu, kamu memulai percakapan itu. Saat kamu menceritakan kamu berpacaran dengan seorang wanita yang berbeda keyakinan dengan kita. Dheg. Jantungku seperti berhenti memompa saat kalimat itu meluncur masuk ke telinga dan mulai diproses oleh otakku. Tapi aku berpura-pura tertarik dan menyimaknya. Kamu ceritakan bahwa selama dua belas hari kamu bersama wanita itu. Kamu bilang kamu hanya penasaran dengan bagaimana rasanya berpacaran dengan wanita yang tak seagama. Kalimat-kalimat menyakitkan mengalir terus menerus. Aku hanya bisa menggigit bibirku kuat-kuat. Memohon kepada air mata untuk tidak membanjiri pipi. Memohon kepadamu supaya kamu mengerti bahwa itu sangat menyakitkan untukku. Rasanya aku ingin menjadi tuli saja! Kamu beralasan ingin terbuka denganku, tapi beginikah caramu untuk terbuka, sayang? Saat kamu salah memanggil di dalam pesan singkatmu, aku tahu ada yang tidak beres. Tetapi buktinya saat itu kamu mengelak, bukan? Aku jadi mengerti sekarang, mengapa saat itu, saat aku benar-benar membutuhkan pertolonganmu karna hanya kamu yang mengerti kondisinya, kamu mengabaikanku. Ya, aku mengerti. Ternyata karna wanita itu. Alasan-alasanmu sibuk sampai tak sempat membalas pesan singkatku itu karna kamu sedang bersamanya kan? Saat aku merengek supaya kamu menelponku, kamu bilang kamu tidak bisa. Tak ada kejelasan alasan. Sekarang aku mengerti, karna malam minggu saat itu kamu habiskan bersama dia. Kamu bercerita dengan begitu antusias saat kamu menjemput dan mengantarnya bekerja. Saat dia selalu mencuri kesempatan untuk menggenggam tanganmu. Saat kamu bercerita kamu bertandang ke rumahnya. Saat kamu katakan bahwa dia menyayangimu juga. Bahkan saat kamu memutuskan untuk memutuskannya. Tapi dia sudah terlanjur masuk kedalam sihirmu. Dia memohon sambil memegangi tanganmu. Merengek sambil menyandarkan kepalanya di bahumu. Aku benar-benar ingin menjadi TULI! Aku sudah tidak tahan mendengarnya. Saat terbayang aku juga pernah menggenggam tangan itu. Aku juga pernah menyandarkan kepalaku di bahu itu. Aku juga pernah merasakan romantisme berkendara berdua bersamamu. Aku benar-benar tak dapat merasakan hatiku. Sesak, perih, sakit. Tak ada satupun kata yang pas untuk mendeskripsikannya. Kenapa? Kenapa saat aku membutuhkan genggamanmu untuk menguatkanku di sini, kamu malah memberikan itu untuknya? Kenapa saat aku butuh sandaran karna lelah dengan semua, kamu jusrtu membiarkan dia seenak jidat yang mendapatkannya? Kenapa? Kenapa kamu MEMBAGINYA? Kenapa kamu harus membagi kebahagianku itu? Kenapa kamu harus membagi apa yang aku miliki satu-satunya saat ini? Saat aku bisa bertahan karena mengingat kenangan manis bersamamu. Kenapa? Apa sebenarnya tujuanmu? Tak puaskah kamu sudah berkali-kali melakukan ini kepadaku? Tak puaskah kamu? Aku tak ingin membaginya dengan siapapun. Harusnya kamu menyadari itu. Kita masih terikat dalam suatu hubungan. Sebenarnya apa aku ini di matamu? Sebagai apa aku ini untukmu? Jika tak dapat kamu temukan apa yang kamu cari dariku, jujurlah. Jika tak dapat kamu temukan apa yang kamu inginkan dariku, bicaralah. Setidaknya kita bisa mengakhiri hubungan ini dengan cara baik-baik.
Kamu pernah bilang “Udahlah dek, tenang aja. Bakal abang jaga hati adek tu!”, ingatkah? Ini yang kamu maksud dengan menjaga hatiku, abang? Dengan membagi hatimu dengan wanita-wanita lain di sana. Dengan memberikan perhatian lebih pada wanita-wanita itu sementara aku di sini diacuhkan? Sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya apa yang kamu inginkan dengan menyakitiku begitu dalam? Sebenarnya apa yang coba untuk kamu buktikan? Apa? APA?! Tak bisakah sebelum kamu mengambil keputusan untuk mendua, kamu mengingat apa yang sudah kita lakukan bersama? Tak bisakah? Tak bisakah kamu mengingat apa yang sudah kita perjuangkan? Apa yang sudah kita lewati bersama? Mengingat hari-hari penuh tawa dan bahagia? Tak bisakah kamu mengingat aku? Tak bisakah kamu mengalahkan keegoisanmu itu? Dan aku lelah. Aku lelah berjuang sendirian. Aku lelah bertahan tanpa dipertahankan. Aku lelah menjadi seperti ini. Menjadi kekasih bayanganmu. Karena menjadi kekasihmu belum berarti menempatkanku sebagai prioritasmu. Karena menjadi kekasihmu itu tak serta merta berarti akulah orang yang paling sering berkirim pesan denganmu atau menjadi orang pertama yang kamu kirimi ucapan selamat pagimu. Aku tak bisa lagi menemukan alasan untuk tetap bertahan. Dan kamu juga tak bisa memberikanku alasan untuk bertahan. Kamu bilang kamu tak akan meninggalkanku. Ya, memang benar kamu tidak meningalkanku. Tapi kamu menduakan. Itu jauh lebih menyakitkan. Jika harus memilih, aku lebih ikhlas  kamu tinggalkan daripada harus kamu duakan. Aku lebih ikhlas menerima kenyataan kita berpisah karena ketidak-cocokan, ketimbang berakhir dengan munculnya orang ketiga di dalam hubungan ini. Aku menyerah. Bukan karena keadaan. Bukan karena jarak. Tapi aku menyerah karenamu. Ya, karena kamu. Begitu tak berartinya aku di matamu, sehingga kamu tega melakukannya. Begitu tak barharganya diriku di dalam hidupmu, sehingga kamu memutuskan untuk mendua.




Dariku, wanita bodoh yang tetap bisa menyimpan rasa sayangnya di salah satu bilik hati.
Yang terus berharap, bahwa semua sakit ini hanyalah mimpi.
Yang tak akan pernah bisa mengerti, mengapa semuanya terjadi.

Rabu, 28 Agustus 2013

untukmu, 22 :')

Waktu merangkak dengan cepat, merangkak yang kita kira lambat ternyata bergerak seakan tanpa jerat. Semua telah berubah, begitu juga kamu, begitu juga aku, begitu juga kita. Bahkan waktu telah menghapus KITA yang pernah merasa tak berbeda, waktu telah memutarbalikkan segalanya yang sempat indah. Tak ada yang tahu, kapan perpisahan menjadi penyebab kegelisahan. Aku menjalani, kamu meyakini, namun pada akhirnya waktu juga yang akan menentukan akhir cerita ini. Kamu tak punya hak untuk menebak, begitu juga aku.
Kaubilang, tak ada yang terlalu berbeda, tak ada yang terasa begitu menyakitkan. Tapi, siapa yang tahu perasaan seseorang yang terdalam? Mulut bisa berkata, tapi hati sulit untuk berdusta. Kalau boleh aku jujur, semua terasa asing dan berbeda. Ketika hari-hari yang kulewati seperti tebakan yang jawabannya sudah kuketahui. Tak ada lagi kejutan, tak banyak hal-hal penuh misteri yang membuatku penasaran. Aku seperti bisa meramalkan semuanya, hari-hariku terasa hambar karena aku bisa membaca menit-menit di depan waktu yang sedang kujalani. Aku bisa dengan mudah mengerti peristiwa, tanpa pernah punya secuil rasa untuk menyelami sebab dan akibatnya. Aku paham dengan detik yang begitu mudah kuprediksi, semua terlalu mudah terbaca, tak ada yang menarik. Kepastian membuatku bungkam, sehingga aku kehilangan rasa untuk mencari dan terus mencari. Itulah sebabnya setelah tak ada lagi kamu di sini. Kosong.
Bagaimana aku bisa menjelaskan banyak hal yang mungkin saja tidak kamu rasakan? Aku berada di lorong-lorong gelap dan menunggu rengkuhan jemarimu mempertemukan aku pada cahaya terang. Namun, bahkan tanganmu saja enggan menyentuh setiap celah dalam jemariku, dan penyelamatan yang kurindukan hanyalah omong kosong yang memekakkan telinga. Harapanku terlalu jauh untuk mengubah semuanya seperti dulu, saat waktu yang kita jalani adalah kebahagiaan kita seutuhnya, saat masih ada kamu dalam barisan hariku.
Perpisahan seperti mendorongku pada realita yang selama ini kutakutkan. Kehilangan mempersatukan aku pada air mata yang seringkali jatuh tanpa sebab. Aku sulit memahami kenyataan bahwa kamu tak lagi ada dalam semestaku, aku semakin tak bisa menerima keadaan yang semakin menyudutkanku. Semua kenangan bergantian melewati otakku, bagai film yang tak pernah mau berhenti tayang. Dan, aku baru sadar, ternyata kita dulu begitu manis, begitu mengagumkan, begitu sulit untuk dilupakan.
Ada yang kurang. Ada yang tak lengkap. Aku terbiasa pada kehadiranmu, dan ketika menjalani setiap detik tanpamu, yang kurasa hanya bayang-bayang yang saling berkejaran, saling menebar rasa ketakutan. Ada rasa takut tanpa sebab yang memaksaku untuk terus memikirkan kamu. Ada kekuatan yang sulit kujelaskan yang membawa pikiranku selalu mengkhawatirkanmu. Salahkah jika aku masih inginkan penyatuaan? Salahkah jika aku benci perpisahan?
Tak banyak yang ingin kujelaskan, saat kesepian menghadangku setiap malam. Biasanya, malam-malam begini ada suaramu, mengantarku sampai gerbang mimpi dan membiarkanku sendiri melewati setiap rahasia hati. Kali ini, aku sendiri, memikirkan kamu tanpa henti. Jika kita masih saling menghakimi dan saling menyalahi, apakah mungkin yang telah putus akan tersambung dengan pasti? Aku tak tahu dan tak mau memikirkan keadaan yang tak mungkin kembali. Semua sudah jelas, namun entah mengapa aku masih sulit memahami, kenapa harus kita yang alami ini? Tak adakah yang lain? Aku dan kamu bukan orang jahat, namun mengapa kita terus saja disakiti. Bukankah di luar sana masih banyak orang jahat?
Jangan tanyakan padaku, jika senyumku tak lagi sama seperti dulu. Aku bahkan tak mengenal diriku sendiri, karena separuh yang ada dalam diriku sudah berada dalammu... yang pergi, dan entah kapan kembali.

Seratus Empat Puluh Empat Jam yang Lalu


          Rasanya selalu sama. Ada sesuatu yang menggelitik perutku saat ingin bertemu denganmu, sesuatu yang membuat pipiku terasa panas dan membuat tanganku menjadi dingin dan berkeringat. Padahal ini bukan kali pertama, kedua atau ketiga kalinya kita bertemu. Selasa lalu kamu menyusulku, di sini. Di tempat Nyai Roro Jonggrang dengan anggun berdiam. Aku tahu ini tidak mudah untukmu, karna harus mengorbankan beberapa kesibukanmu. Kamu tahu, hatiku tak berhenti meletup-letup saat itu. Setelah delapan bulan aku hanya bisa melihat wajahmu di dunia maya. Akhirnya kurasakan lagi betapa sejuk tatapan lembutmu langsung, tanpa memalui perantara.
          Kamu menungguku di gerbang masuk candi itu, duduk manis dengan gaya kalemmu. Aku selalu menyukai itu. Akhirnya mata kita bertemu! Ah, kurasa jantungku sudah berlari entah kemana saat itu. Lalu seperti yang biasa kita lakukan, kamu mengulurkan tangan dan ku sambut lembut. Kamu menarikku untuk duduk di sampingmu. Saat itu aku khawatir, apakah jantungku baik-baik saja?
          Kita saling mengamati, meneliti satu sama lain. Dan kemudian tawa canda kerinduan mulai mengalir. Begitulah seterusnya. Bayolan-bayolanmu itu, oh sayang, aku berharap bisa setiap saat mendengarnya. Kamu memintaku mengantarmu ke lima penjuru kota ini. Walaupun kenyataannya hanya beberapa tempat saja yang bisa kita singgahi. Prambanan, Malioboro, dan Pantai Parangtritis adalah target yang bisa tercapai. Dengan TransJogja sebagai pemandunya. Aku sempat berpikr, bisakah jika aku meminta waktu berhenti berputar? Supaya aku bisa menguncimu tetap di sini.
          Tiga hari berlalu begitu cepat. Tepat di hari jadi yang sudah empat puluh empat bulan itu, kamu kembali ke kotamu. Rasanya begitu berat dan sesak. Tak adil delapan bulan dibayar hanya dengan tujuh puluh dua jam saja. Aku tahu aku egois, tapi saat itu aku benar-benar berharap setidaknya bisa memperlambat lajunya waktu. Maaf aku tidak bisa mengantarmu sampai stasiun tempat kuda uap itu akan membawamu kembali. Jika bisapun aku harus berpikir tiga sampai empat kali karna tak akan sanggup melihatmu pergi.
          Aku bertahan karna kamu bilang hanya ada aku. Dan aku tetep keukeuh mempercayai itu.  Tapi itu hanya bertahan seratus empat puluh empat jam saja. Saat kamu sudah kembali disibukkan dengan berbagai kegiatanmu. Aku tahu ini memalukan, tapi aku benar-benar kesepian. Aku hanya berharap kamu bisa meluangkan sedikit waktumu untukku. Memberi tahuku apa yang kamu lakukan di sana. Aku bukan tidak menerimamu dengan keadaan itu, tapi aku ingin kamu juga bisa menyelipkan aku di dalamnya. Itu saja. Agar aku tidak berpikir macam-macam saat berjam-jam tak ada pesan darimu. Tak ada penjelasan apapun.
          Tapi ternyata empat puluh empat bulan ini harus kandas hanya dalam waktu seratus empat puluh empat jam setelah pertemuan itu.
          Maafkan aku, aku tahu aku egois. Tapi aku sama sekali tidak mengharapkan kata itu terlontar darimu.


          Untukmu, yang masih tetap bisa membuatku menagis dalam diam.

Minggu, 16 Desember 2012

Penemuan Benda Purbakala Yang Belum Terungkap Misterinya


1. The Grooved Spheres
Gambar Penemuan Benda Purbakala Yang Belum Terungkap Misterinya  Benda Purbakala  1118
Selama beberapa dekade terakhir, penambang di Afrika Selatan telah menggali bola2 logam misterius. Asalnya tidak diketahui, bola2 ini berdiameter sekitar satu inci atau lebih, dan ada beberapa yang terukir dgn 3 alur paralel disepanjang diameter bola. Dua jenis bola telah ditemukan: yg satu terdiri dari logam padat kebiruan dgn bintik2 putih, yg lain terdapat cekungan dan berisi zat putih kenyal. Hebatnya adalah bahwa batu dimana bola2 tsb ditemukan ini berasal dari era Prakambrium – dan berumur 2,8 miliar tahun! Siapa yg membuat bola-bola tsb dan untuk apa tujuannya tidak diketahui hingga kini.
2. The Dropa Stones
Gambar Penemuan Benda Purbakala Yang Belum Terungkap Misterinya  Benda Purbakala  2105
Pada tahun 1938, sebuah ekspedisi arkeologi dipimpin oleh Dr Chi Pu Tei ke pegunungan Baian-Kara-Ula, China membuat penemuan yang mengejutkan di beberapa gua yang tampaknya telah dihuni oleh beberapa kebudayaan kuno. Terkubur oleh zaman di lantai gua terdapat ratusan piringan batu(disk stones). Berdiameter sekitar sembilan inci, masing-masing memiliki lingkaran ditengah dan terukir dengan alur spiral, terlihat oleh seluruh dunia seperti piringan hitam kuno(piringan musik) berumur 10.000-12.000 tahun. Alur spiral tsb, ternyata, terdiri dari huruf hieroglif kecil yang menceritakan kisah yang menakjubkan tentang pesawat ruang angkasa dari dunia yg jauh yang jatuh di pegunungan tsb. Pesawat luar angkasa tsb dikemudikan oleh orang-orang yang menyebut diri mereka Dropa, dan sisa keturunan mereka, mungkin, ditemukan di gua tsb.
3. The Ica Stones
Gambar Penemuan Benda Purbakala Yang Belum Terungkap Misterinya  Benda Purbakala  391
Pada awal tahun 1930-an, ayah dari Dr Javier Cabrera, Antropolog Kebudayaan Ica, Peru, menemukan ratusan batu utk upacara pemakaman di makam suku Inca kuno. Dr Cabrera, melanjutkan pekerjaan ayahnya, telah mengumpulkan lebih dari 1.100 batu andesit tsb, yang diperkirakan berumur 500-1.500 tahun dan telah dikenal luas sebagai Ica Stones. Batu-batu tsb berukiran, kebanyakan bergambar/bergrafis seksual (yang umum bagi kebudayaan), patung berhala dan yang lain menggambarkan praktek-praktek kedokteran seperti operasi jantung dan transplantasi otak. Ukiran yang paling menakjubkan, bagaimanapun, jelas menggambarkan dinosaurus seperti Brontosaurus, Triceratops (lihat foto), Stegosaurus dan Pterosaurus. Walaupun ada yg beranggapan Ica Stones hoax/tipuan, keasliannya belum tersangkalkan atau terbukti hingga saat ini.
4. Giant Stone Balls of Costa Rica
Para pekerja mencangkul dan membakar melalui lebatnya hutan Kosta Rika guna membersihkan area untuk perkebunan pisang di tahun 1930-an terhambat oleh beberapa obyek yang luar biasa: puluhan bola batu, kebanyakan bola tsb bahkan bulat sempurna. Ukuran mereka bervariasi dari yang kecil seperti bola tenis sampai yang berdiameter 8 kaki (2,4 m) dengan berat 16 ton! Meskipun bola batu besar tsb jelas buatan manusia, tidak diketahui siapa yang membuat dan untuk tujuan apa, dan yang paling membingungkan, bagaimana mereka mencapai presisi lingkaran bola tersebut (bulat sempurna).
5. Oera Linda Book
Gambar Penemuan Benda Purbakala Yang Belum Terungkap Misterinya  Benda Purbakala  572
Buku Oera Linda adalah naskah Frisian yg kontroversial mencakup tema sejarah, mitologi, dan religius yg pertama kali muncul di abad ke-19. Tema didalam Buku Oera Linda termasuk katastrofisme, nasionalisme, matrilineal, dan mitologi. Buku tsb menyatakan bahwa Eropa dan daratan lainnya, dalam sejarah mereka, diperintah oleh serangkaian ibu rakyat yg terpimpin dalam hirarkisme pendeta-pendeta perempuan (perawan) yg mempersembahkan diri untuk dewi Frya, putri dari dewa tertinggi Wr-Alda dan Irtha,sang ibu bumi. Dan menyatakan bahwa peradaban Frisian tsb menguasai alfabet yang merupakan leluhur dari abjad Yunani dan Fenisia. Naskah tsb bertanggalkan tahun 1256. Diklaim bahwa buku tsb adalah salinan dari naskah yg lebih tua, dan jika asli, ditulis oleh orang-orang diantara tahun 2194 SM – 803 M.
6. Impossible Fossils
Gambar Penemuan Benda Purbakala Yang Belum Terungkap Misterinya  Benda Purbakala  657
Fosil, seperti yang kita pelajari di sekolah dasar, muncul dalam batuan yang terbentuk ribuan tahun yg lalu. Namun ada sejumlah fosil yg tidak masuk akal baik secara geologi maupun sejarah. Sebuah fosil jejak tangan manusia misalnya, ditemukan di batu kapur yg diperkirakan berumur 110 juta tahun. Sebuah fosil jari manusia yg ditemukan di Kutub Utara Kanada juga berumur 100-110 juta tahun. Dan terdapat fosil jejak kaki manusia, kemungkinan memakai sandal, ditemukan dekat Delta, Utah dalam endapan serpih diperkirakan berumur 300 jt – 600 jt tahun.
7. Out-of-Place Metal Objects
Gambar Penemuan Benda Purbakala Yang Belum Terungkap Misterinya  Benda Purbakala  755
Manusia bahkan belum ada 65 juta tahun yg lalu, apalagi orang-orang yg bisa membuat logam. Jadi bagaimana ilmu pengetahuan menjelaskan tabung logam semi-bulat digali dari batu Kapur berusia 65 juta-tahun di Prancis? Pada tahun 1885, sebuah bongkahan batubara pecah dan ditemukan sebuah logam berbentuk kubus yg jelas dibuat oleh tangan yg cerdas. Pada tahun 1912, karyawan di sebuah pabrik listrik memecahkan sebuah bongkahan besar batubara dan kemudian sebuah panci besi jatuh dari dalamnya! Sebuah paku ditemukan tertanam dlm sebuah bongkahan batu pasir dari Era Mesozoic. Dan masih banyak lagi, anomali/keanehan seperti diatas.

Mengenal Karakter Lewat Tes Kokology


Mungkin sudah banyak yang tahu mengenai Kokology. Tetapi untuk yang belum tahu apa itu Kokology, yuk kita simak uraian berikut.
Kokology diciptakan oleh psikologi Jepang yang mempelajari pikiran atau semangat. Beberapa dari Anda mungkin pernah ditanya oleh seorang psikolog mengenai sebuah pertanyaan imajinatif yang saat Anda jawab, ternyata jawaban Anda memiliki makna tersendiri yang menggambarkan karakter anda. Seperti itu kira-kira gambaran Kokology.
Kali ini ada pertanyaan mengenai Cinderella, silahkan jawab pertanyaan nya dan anda bisa melihat makna dari jawaban anda tersebut, (sssst.. jangan intip jawaban nya dulu yah)
Kebanyakan dari kita mengetahui keseluruhan cerita mengenai Cinderella, dari semua adegan dalam dongeng Cinderella yang dapat Anda ingat, bagian mana yang paling berkesan dalam pikiran Anda?
  1. Cinderella menderita diperlakukan jahat oleh Ibu tiri
  2. Cinderella diubah menjadi putri yang cantik oleh Ibu peri
  3. Cinderella ketinggalan sepatuya di tangga istana ketika jam 12 malam
  4. Adegan dimana akhirnya sang pangeran menemukannya dan memakaikan sepatu kaca di kaki Cinderella
Pilih satu adegan yang paling berkesan dari lima adegan diatas.
Berikut makna dari jawaban anda, ENJOY!
  1. Apabila Anda menjawab nomor 1, menggambarkan bahwa dibalik rasa kasihan Anda ada rasa kebanggaan dan kesombongan. Terkadang anda suka merasa lebih dari orang lain, dan merasa orang-orang lain tak sebanding dengan anda.
  2. Jika anda memilih nomor 2, Anda seringkali berada dalam sebuah angan-angan. Anda sering merasa semua masalah pasti akan dapat diselesaikan dan terbantu. Anda sering dibutakan oleh pertanyaan mudah dalam hidup dan kurang perhatian terhadap perencanaan.
  3. Jawaban nomor 3 menggambarkan Anda sering merasa bergantung pada orang lain, Anda merasa akan ada orang lain yang membantu anda untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sering anda lupakan.
  4. Nomor 4 memiliki makna, anda mudah puas dengan hal yang sederhana, normal, dan rata-rata.