Tampilkan postingan dengan label B.INDONESIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label B.INDONESIA. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Januari 2012

 Sepasang Mata Baru Untuk Bapak 

 “Bu, Zyra mau bakso ya buu ??”
Pinta Zyra kepada ibunya di dapur. Bakso adalah makanan kegemaran Zyra.  
“Ya ya nanti minta tolong cak Kiyat aja ya beliinnya”, jawab bu Wardah.
“Tapi Zyra ikut ya bu ? Ya ?”  tanyanya lagi pada bu Wardah.
“Ya” jawab bu Wardah singkat sambil mengiris bawang merah.
“Bapak mau nggak baksonya ? nanti Zyra beliin untuk bapak” tanya Zyra.
“Ya boleh, dua porsi ya nanti untuk bapak ya wuk” jawab pak Fajri yang sedang duduk di teras samping dapur rumahnya, di kursi kayu dengan cat berwarna coklat tua. Di sampingnya terdapat sebuah meja kecil beralaskan taplak meja berwarna cokelat muda dengan payet-payet jahitan bermotif bunga mawar berwarna merah. Di atas meja kecil tersebut ada sebuah radio kecil yang memperdengarkan tembang-tembang jawa dan secangkir kopi hitam pahit kegemaran pak Fajri. Wuk adalah panggilan kesayangan untuk seorang anak perempuan dalam adat Jawa. Sejak kecil Zyra memang sering dipanggil wuk oleh pak Fajri.
“Iya iya Zyra tau pak” jawab Zyra sambil cengar-cengir.
Pak Fajri hanya tersenyum simpul sambil tetap menatap kedepan sembari menghisap rokok di tangan kanannya.
Tahun 2007
Zyra  Adhi Amalia, anak pertama dari pasangan pak Fajri dan bu Wardah. Tahun ini Zyra kelas 6 SD dan tahun ini adalah tahun kelulusannya. Zyra bersekolah di satu-satunya Sekolah Dasar Swasta milik Perusahaan BUMN. Zyra juga memiliki 2 adik, Damar Rahardian dan Ardy Rihamsyah. Mereka tinggal di sebuah kompleks perumahan BUMN di Sumatera Selatan karena pak Fajri bekerja sebagai Staf perusahaan BUMN tersebut.
“Bu Zyra berangkat dulu ya” Zyra berpamitan pada bu Wardah sambil menyaliminya.
“Ya, hati-hati naik sepedanya kalau nyebrang lihat kanan kiri dulu!”.
“Iya iya bu, Zyra tau kok” jawab Zyra,”Bapak mana bu?”
 “Di belakang lagi nyemai biji balam”sahut bu Wardah.
“Pak, Zyra mau berangkat dulu nih” seru Zyra sambil berlari kecil.
Pak Fajri yang sedang duduk berjongkok di depan barisan polibag yang berisi biji balam atau biji keret. Pak Fajri nampak sedikit terkejut dengan suara Zyra, ia pun menoleh “Oh iya ya hati-hati ya wuk” jawab pak Fajri.
“Salim pak” pinta Zyra sambil mengambil tangan pak Fajri  “tangan bapak kotor gini lo wuk,” tapi terlambat, Zyra sudah mencium tangannya.
“Pak, kapan bapak nganter Zyra lagi kesekolah? Zyra juga mau kayak mbak Tika pak tiap pagi dianter sama ayahnya, terus pulang sekolah juga dijemput pak” ujar Zyra panjang.
Pak Fajri nampak menghela nafas panjang “Ya nanti kalau bapak sudah sembuh, pasti bapak anter. Makanya Zyra doakan supaya bapak cepat sembuh, ya” jawab pak Fajri sambil menggenggam erat tangan mungil Zyra.
“Bapak janji ya?” tanya Zyra lagi.
“Iya bapak janji” jawab pak Fajri tersenyum “Ya sudah sana berangkat nanti terlambat, jangan lupa nyebrangnya hati-hati ya wuk!” pak Fajri mengingatkan.
“Iya pak, Assalammualaikum” ucap Zyra sembari melangkah meninggalkan pak Fajri. Pak Fajri hanya bisa mendengar dari mana asal suara Zyra melangkah pergi dengan perasaan sedih.
Lelaki paruh baya itu bertubuh tinggi besar, tingginya sekitar 178cm. Berkulit kuning kecoklatan karna terbakar sinar matahari. Hidungnya mancung dan memiliki bola mata yang besar. Pak Fajri merupakan anak kedua dari tujuh bersudara. Saudaranya kebanyakan berada di pulau sebrang, Jawa. Kakaknya bekerja di sebuah bank swasta di Ibukota, sementara adik-adiknya yang lain berdomisili di sekitar tempat tinggal orangtuanya di Temanggung, Jawa Tengah. Ya, pak Fajri adalah perantau dari Jawa.


“Kamu dianter ya mbak tadi? Aku kan jadi enggak punya temen di jalan tadi mbak” ujar Zyra pada Tika sambil cemberut. Tika, tetangga sekaligus teman sebangkunya di sekolah. Zyra memanggilnya mbak karna sudah terbiasa walaupun umurnya hanya berselisih 3 bulan lebih tua dari Zyra.
“Hehe ya maaf dek tadi diajak ayah barengan sekalian ayah kerja gitu” jawab Tika sambil tertawa kecil melihat mimik muka Zyra. Tika tau Zyra sangat ingin diantar jemput seperti dirinya.
“Ahh kamu nih mbak, besok barengan aku ya. Aku enggak ada temen” sahut Zyra memelas.
“Iya iya wes besok aku tak naik sepeda” jawab Tika tersenyum.
“Selamat pagi anak-anak” sapa bu Atik guru matematika melangkah ke dalam kelas diiringi suara anak-anak yang berebut duduk dibangkunya masing-masing.
“PR kalian dikumpul ya” perintah bu Atik.
“Punyamu mana mbak? Sini aku kumpul sekalian” Zyra menawarkan.
“Aduh dek, aku lupa! Nomor 5 belum, lihat dek punyamu” pinta Tika.
“Ya sudah nih, tapi cepet mbak nanti ketahuan bu Atik” Zyra menyerahkan buku latihan matematikanya.
“Oi Zy, sudah belum PR? Aku lihat Zy” kata Ryo salah satu teman sekelas Zyra yang menurutnya paling menyebalkan.
“Males ah, kamu jahat suka ngejek bapakku ” jawab Zyra masa bodoh. Zyra ingat Ryo adalah anak lelaki yang paling sering membuatnya menangis karna masalah itu.
“Yaahh Zy, lihat sih. Aku enggak ngejek lagi deh” jawab Ryo dengan wajah memelas.
“Janji kamu? Awas ya kalau kamu masih ngejek bapakku, tak jotos nanti !” ancam Zyra.
“Ya udah mana bukunya cepetan” sahut Ryo.
“Mbak, kamu udah selesai belum nyatetnya?” tanya Zyra.
“Sudah dek, ini bukunya. Makasih ya” ucap Tika.
Zyra menyerahkan bukunya kepada Ryo, dengan cepat Ryo menyambar buku itu.
“Pelan-pelan kenapa sih? Bukuku jadi lecek tuh! Tau!” seru Zyra marah.
“Cerewet!” jawab Ryo sambil menjulurkan lidahnya.
“Dasar anak nyebelin! Cepetan nyatetnya jangan lupa nanti kumpulin sama bu Atik” ujar Zyra mengingatkan.
“Teeennggg ... Teeenggg !!!”
Bel pulang berbunyi. Semua murid berhamburan ke lapangan. Zyra berlari menuju tempat parkir sepeda, menaikkan standard sepedanya dan bergegas pulang. Zyra melihat Tika dan beberapa teman Zyra lainnya yang dijemput oleh ayahnya dengan perasaan sedih. Sudah lama Zyra tidak diantar-jemput oleh oleh Pak Fajri. Ada sedikit perasaan iri yang timbul dihatinya.
“Yaaa, kenapa kamu? Pingin dijemput juga ya? Hahaha” Ryo datang mengagetkan Zyra.
“Apa urusanmu?” jawab Zyra cuek.
“Gimana mau dianter, bapakmu kan buta!” ejek Ryo.
“Kamu ini! Kenapa sih selalu ...”
“Kamu iri kan? Ngaku aja!” seru Ryo memotong perkataan Zyra.
“Diam kamu! Tau apa kamu tentang bapakku? Jangan sok tau kamu, Yo !” teriak Zyra marah.
“Bapakmu kan memang buta, jadi mana bisa nganter kamu kayak gitu. Bisa-bisa numbur pohon lagi” sahut Ryo ringan.
“Jaga ya mulutmu, Yo! Bapakku enggak buta!” sahut Zyra berlalu cepat dengan sepedanya.
“Bilang aja kamu iri! Bentar lagi juga ayahku dateng untuk jemput aku!”
Zyra mempercepat laju sepedanya sambil menangis.



“Assalammualaikum...” Zyra memberi salam sembari memasukkan sepedanya ke dalam garasi.
“Waalaikum salam. Kenapa mbak kok lesu gitu?” tanya bu Wardah.
“Enggak apa-apa kok bu, Cuma capek aja” jawab Zyra berbohong. Tapi bu Wardah tau, anak perempuannya itu habis menangis.
“Ya sudah kalau gitu. Mandi sana ,bajunya digantung yang bener biar enggak lecek” bu Wardah mengingatkan.
“Ya bu” jawab Zyra lesu.
Seusai mandi Zyra duduk melamun di pinggir ranjangnya.
“Kenapa mbak?” tanya bu Wardah. “Kamu sakit to?”
“Enggak bu, Zyra baik-baik aja” jawab Zyra.
“Ya sudah, sana makan ada ikan gurame di runag makan. Ada bapak juga” tambah bu Wardah.
“Ya bu” dengan langkah gontai ia menuju ruang makan.
“Makan pak?” tanya Zyra pada pak Fajri yang sedang duduk di belakang meja sambil menghisap rokoknya.
“Bapak nanti aja makannya. Gimana tadi di sekolah wuk, ada ulangan?” tanya pak Fajri.
“Enggak ada pak, Cuma ngumpulin PR matematika yang semalem aku kerjain aja” jawab Zyra sambil mengunyah ikan gurame bakarnya.
“Dapat nilai berapa?” tanya pak Fajri lagi.
“90 pak, Zyra salah satu tadi” Zyra menjawab.
“Besok harus dapat 100 ya!” pak Fajri berkata sambil tersenyum.
“Ya pak, insyaAllah” jawab Zyra lagi, menatap sedih keadaan bapaknya saat ini.


Sejak kecil Zyra memang dekat dengan pak Fajri. Pak Fajri selalu menjemput dan mengantar Zyra dari ia bersekolah di Taman Kanak-Kanak sampai Zyra kelas 3 SD. Pak Fajri tak bisa lagi mengantar jemput Zyra karena penyakit mata yang diderita pak Fajri semakin parah.Dulu hampir setiap malam pak Fajri membantu Zyra mengerjakan PR ,atau membantunya belajar saat akan menghadapi ulangan.
Setelah selesai belajar mereka akan menonton salah satu acara komedi televisi yang membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal. Saat menonton acara komedi tersebut Zyra duduk di pangkuan pak Fajri. Dulu saat pak Fajri pulang dari kantornya Zyra sering merengek pada pak Fajri, memintanya untuk menemani Zyra jalan-jalan lah, atau untuk sekedar membelikannya bakso. Dulu pak Fajri lah yang mengajari Zyra bersepeda, dan saat Zyra sudah mulai lancar bersepeda Zyra kerap mengiringi pak Fajri bekerja walau hanya sampai depan gang kompleksnya.
Tapi sekarang semua itu tak dapat lagi pak Fajri lakukan. Penyakit itu yang menghalanginya melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa ia lakukan dengan Zyra. Penyakit itu pula yang memaksa pak Fajri mengajukan pengunduran diri kepada Direksi tempat ia bekerja, walaupun Perusahaannya sempat tidak mengizinkannya berhenti bekerja karena dedikasinya kepada perusahaan yang sudah hampir 35 tahun ia berikan kepada Perusahaan tersebut. Pak Fajri sadar akan penyakit yang ada pada dirinya. Penyakit itu adalah penyakit turunan dari Ibu pak Fajri. Seluruh keluarga pak Fajri memang memakai kacamata, tetapi entah mengapa hanya pak Fajri yang paling parah keadaan matanya.
Awalnya pak Fajri masih dapat melihat dengan bantuan kacamata. Zyra pernah mencoba memakai kacamata terakhir yang dipakai oleh pak Fajri yang tersimpan di dalam lemari. Kacamata dengan lensa sangat tebal yang tak pernah Zyra lihat sebelumnya. Pak Fajri memberitahu Zyra bahwa kacamata itu sudah ia pakai sejak ia belum menikah dengan bu Wardah. Lalu Zyra menemukan albumfoto milik pak Fajri. Zyra melihat pak Fajri dengan gagah menunggang kuda entah dimana. Pak Fajri menceritakan pengalaman-pengalamannya saat masih muda. Pak Fajri sudah berjalan-jalan mengelilingi pulau Jawa, dan foto itu diambil saat pak fajri berada di sekitar Gunung Bromo. Lalu Zyra melihat foto-foto pernikahan kedua orangtuanya. Pak Fajri tak kalah tampan dibandingkan saat ini, sayang keadaannya jauh berbeda sekarang.


Zyra kembali melamun di atas kasurnya. Ia teringat omongan Ryo sepulang sekolah tadi. Ia ingin memungkiri perasaan iri yang bergejolak di hatinya. Ia ingin meredam rasa marahnya karna tak bisa membela bapaknya saat diejek oleh Ryo. Tapi tak bisa. Ia terlalu sedih mengingat kenangan-kenangan bersama pak Fajri sebelum penyakit itu merenggut kebebasan pak Fajri. Zyra kembali menangis mengingatnya. Zyra pernah membaca artikel tentang penyakit tersebut.
“Retinitis Pigmentosa:  yaitu suatu kemunduran progresif pada retina yang mempengaruhi penglihatan pada malam hari dan penglihatan tepi dan pada akhirnya menyebabkan kebutaan. Ini adalah penyakit turunan yang jarang terjadi. Beberapa bentuk penyakit ini diturunkan secara dominan,hanya memerlukan 1 gen dari salah satu orang tua; bentuk lainnya diturunkan melalui kromosom X,hanya memerlukan 1 gen dari ibu. Penyakit ini menyerang sel batang retina yang berfungsi mengontrol penglihatan pada malam hari. Pada retina bisa ditemukan pigmentasi yang berwarna gelap. Sel batang retina perlahan mengalami kemunduran sehingga penglihatan di ruang gelap atau penglihatan pada malam hari menurun. Lala-lama terjadi kehilangan fungsi penglihatan tepi yang progresif dan bisa mengalami kebutaan. Pada stadium lanjut, terjadi penurunan fungsi penglihatan sentral. Belum ada pengobatan yang efektif untuk Retinitis Pigmentosa. Pemakaian kacamata gelap untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet bisa mempertahankan fungsi penglihatan. Meskipun masih dalam perdebatan, penelitian terakhir menunjukkan bahwa pemberian antioksidan (misalnya pemberian vitamin A palmitat) bisa menunda perkembangan penyakit ini.
Zyra ingat beberapa waktu lalu pak Fajri kembali pergi ke luar kota untuk menjalani pengobatan. Entah telah berapa puluhan juta uang yang telah keluar untuk pengobatannya. Tapi hasilnya sia-sia. Dokter ahli yang menanganinya waktu itu mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada obat yang bisa digunakan untuk penyakit tersebut. Dokter itu melanjutkan walaupun berobat ke Amerika sekalipun,penyakit ini belu tentu dapat disembuhkan.
Telah berbagai jalan yang pak Fajri lakukan untuk mencari obat untuk penyakit ini. Tetapi belum satupun yang berhasil. Tapi pak Fajri tidak menyerah begitu saja. Pak Fajri tetap tabah,tegar dan sabar.
Di benaknya mulai muncul pertanyaan ; bagaimana jika bapak memang benar-benar buta?
“Mbak, kenapa nangis?” tanya bu Wardah yang sudah berada di dalam kamar Zyra karna mendengar suara tangisan Zyra.
“Tadi di sekolah bu, Ryo ngejek bapak lagi” jawab Zyra sambil terisak.
“Memang dia ngejek gimana mbak?” bu Wardah kembali bertanya sambil duduk di samping kasur Zyra yang berwarna merah marun itu.
“Dia bilang bapak buta bu”, Zyra kembali terisak “padahal bapak enggak buta kan bu..” Zyra mencoba menenangkan dirinya.
“Ya sudah, biarin aja mbak. Enggak usah didengerin omongan orang yang kayak gitu ..” jawab bu Wardah tersenyum sambil mengelus pelan rambut Zyra.
“Tapi Zyra kadang juga suka malu bu, Zyra suka diejek sama temen-temen lain kayak gitu. Kenapa sih bu harus bapak? Zyra kan mau juga bu, dianter bapak lagi kayak temen-temen yang lain. Zyra juga mau kayak yang lain kalau jalan-jalan sama bapaknya bu. Kenapa Zyra enggak bisa lagi kayak gitu?” sambil memeluk bu Wardah.
“Mbak, jangan gitu. Kita harus  ikhlas nerima cobaan dari Allah. Walaupun bapak kayak gitu coba lihat, bapak sudah mikirin gimana masa depan Zyra nanti. Uang pensiunan sudah bapak belikan tanah dan bibit karet untuk Zyra kuliah nanti. Bapak masih bisa nyangkul sendiri. Bapak masih bisa mandiri. Bapak masih mau berusaha untuk kita, sayang. Seharusnya Zyra bangga punya orangtua kayak bapak. Biarin orang lain ngejek bapak, mereka enggak tau gimana tegarnya bapak. Ibu tau Zyra sedih, ibu juga sedih, nak. Tapi apa Zyra pernah mikirin gimana perasaan bapak?”
Zyra hanya menggeleng pelan.
“Bapak yang lebih sedih, Zyra.”
 Tangisan Zyra semakin kencang, ia tak dapat lagi membendung air matanya. Selama ini ia tak pernah memikirkan bagaimana perasaan pak Fajri. Ia teringat kecerobohannya yang tidak menutup pintu dengan rapat, sehingga pak Fajri menabrak pintu itu yang menyebabkan kening pak Fajri luka dan berdarah. Saat itu Zyra menangis karena dimarahi oleh pak Fajri atas kecerobohannya. Juga ingat kecerobohannya yang menaruh gelas di pinggir meja dan tak sengaja tersenggol jatuh oleh pak Fajri dan saat itu Zyra menangis karena dimarahi oleh pak Fajri.
Tapi sekarang ia menangis bukan karena kecerobohannya. Ia menangis menyesal mengapa ia tidak sadar betapa hebat bapaknya ini. Ia menyesal pernah mempunyai perasaan malu dengan keadaan bapaknya. Ia menyesal pernah merasa iri dengan teman-temannya. Sekarang ia sadar, untuk apa merasa malu? Toh setiap manusia tak ada yang sempurna, termasuk bapaknya. Walaupun keadaannya seperti itu tapi bapaknya masih bisa menghidupi anak istrinya, masih bisa membiayai anak-anaknya bersekolah dengan uang yang halal. Ia tetap berusaha melakukan pekerjaan yang bisa ia lakukan walaupun harus terluka karena terkena parang, atau tersandung sesuatu yang tak ia kenali. Pak Fajri selalu tersenyum saat menasihati Zyra, tanpa  menunjukkan wajah lelahnya. Wajahnya yang tegas menyimpan sembilu yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Guratan-guratan wajahnya yang tegar memendam perih. Ia menyimpan semua itu sendiri. Ia mencoba tidak menyusahkan orang lain dengan kekurangan yang ia miliki. Ia telah melakukan semua yang bisa ia lakukan untuk memenuhi apa yang anak-anaknya inginkan.
Sekarang mulai muncul lagi pertanyaan di benak Zyra ; “Pernahkah aku memberikan sesuatu untuk bapak?”
Zyra ingat, saat itu ia meminta ibunya untuk membelikannya televisi baru karena televisi lama mereka rusak. Saat televisi baru itu sudah datang Zyra sangat senang. Lalu Zyra mengajak pak Fajri untuk melihat televisi bersama.
Pak Fajri hanya tersenyum dan bertanya “Zyra seneng punya televisi baru?”.
“Iya pak, makasih ya!” teriak Zyra sambil memeluk pak Fajri “Ayo pak kita nonton bareng!” ajak Zyra.
Pak Fajri kembali tersenyum dan menjawab “Ya sudah Zyra aja yang nonton. Bapak kan sudah enggak kelihatan lagi, jadi radio ini aja sudah cukup untuk nemenin bapak.”
Zyra kembali terenyuh mengingat semua pengorbanan yang bapaknya lakukan untuknya. Semua peluh keringat kerja kerasnya ia berikan untuk anak-anaknya. Tanpa pamrih, tanpa meminta imbalan.
“Zyra nyesel, bu” isak Zyra.
“Iya iya ibu ngerti, nak” jawab bu Wardah yang juga ikut meneteskan air mata.
“Bu, apa kita enggak bisa nyariin mata untuk gantiin mata bapak?” tanya Zyra polos.
“Kita enggak perlu nyariin mata untuk bapak kok mbak,” ucap bu Wardah “kamu aja udah cukup jadi sepasang mata baru untuk bapak. Belajarlah yang rajin, buat bapak bangga, ya?” lanjut bu Wardah tersenyum pada Zyra.
Zyra hanya mengangguk sambil terus menangis di pelukan bu Wardah.
Di sofa kecil berwarna kuning telur di sebelah dinding kamar Zyra, pak Fajri tersenyum haru mendengar percakapan istri dan anaknya yang begitu setia menemaninya.


Sore itu ,seperti biasa duduk pria paruh baya di atas kursi kayu di teras samping dapur rumahnya  dengan cat berwarna coklat tua. Di sampingnya terdapat sebuah meja kecil beralaskan taplak meja berwarna cokelat muda dengan payet-payet jahitan bermotif bunga mawar berwarna merah. Di atas meja kecil tersebut ada sebuah radio kecil yang memperdengarkan tembang-tembang jawa dan secangkir kopi hitam pahit kegemarannya.

Jumat, 16 Desember 2011

B.Indonesia - Drama

Drama dapat dipertunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti pementasan teater, sandiwara, lenong, film, sinetron, dan sebagainya. Semua bentuk drama itu tercipta dari dialog-dialog yang diperankan mengidentifikasi peristiwa, pelaku, dan perwatakan oleh pemain-pemain dengan didukung latar yang sesuai. Drama dapat memukau penonton jika pemain berhasil memerankan tokoh drama dengan karakter yang sesuai.
Drama sebagai salah satu bentuk tontonan sering kita sebut dengan istilah teater, lakon, sandiwara, atau tonil. Menurut perkembangannya, bentuk drama di Indonesia mulai pesat pada masa pendudukan Jepang. Hal itu terjadi karena pada masa itu drama menjadi sarana hiburan bagi masyarakat sebab pada masa itu film dilarang karena dianggap berbau Belanda.
Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama yang membedakannya dengan bentuk prosa yang lain. Selain dialog, terdapat plot/alur, karakter/tokoh, dan latar/setting. Apabila drama sebagai naskah itu dipentaskan, maka harus dilengkapi dengan unsur: gerak, tata busana, tata rias, tata panggung, tata bunyi, dan tata sinar.
Yang perdu diidentifikasi dalam pementasan drama adalah sebagai berikut :
1. Konflik adalah ketegangan di dalam cerita rekaan atau drama; pertentangan antara dua kekuatan. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh, antara dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat lingkungannya, antara tokoh dan alam, serta antara tokoh dan Tuhan. Istilah lain: tikaian.
2. Dialog adalah (1) percakapan di dalam karya sastra antara dua tokoh atau lebih; (2) karangan yang menggambarkan percakapan di antara dua tokoh atau lebih. Di dalam dialog tercermin pertukaran pikiran atau pendapat; dipakai di dalam drama, novel, cerita pendek, dan puisi naratif untuk mengungkapkan watak tokoh dan melancarkan lakuan.
Dialog dalam drama berfungsi untuk: a. mengemukakan persoalan secara langsung; b. menjelaskan tentang tokoh atau perannya; c. menggerakkan plot maju; dan d . membuka fakta.
3. Peristiwa adalah kejadian yang penting, khususnya yang berhubungan dengan atau merupakan peristiwa yang mendahuluinya.
4. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
5. Watak (Character) adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakannya dari tokoh lain
Dialog dalam drama memiliki fungsi sebagai berikut.
a. Melukiskan watak tokoh-tokoh dalam cerita.
b. Mengembangkan plot dan menjelaskan isi cerita kepada pembaca atau penonton.
c. Memberikan isyarat peristiwa yang mendahuluinya.
d. Memberikan isyarat peristiwa yang akan datang.
e. Memberikan komentar terhadap peristiwa yang sedang terjadi dalam drama tersebut.
Ketika Anda akan mementaskan naskah drama, pemilihan pemain harus dipertimbangkan dengan tepat. Pemain dalam drama harus benar-benar menghayati watak tokoh yang dimainkan. Supaya dapat menghayati watak tokoh dengan benar, pemain harus membaca dan mempelajari naskah drama dengan cermat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pemain drama adalah:
a. kemampuan calon pemain,
b. kesesuaian postur tubuh, tipe gerak, dan suara yang dimiliki calon pemain dengan tokoh yang akan dimainkan,
c. kesanggupan calon pemain untuk memerankan tokoh dalam drama.
Jika ketiga hal di atas dapat dipenuhi oleh calon pemain, akan mempermudah dalam penghayatan watak tokoh dalam drama yang akan dipentaskan. Hal lain yang harus diperhatikan, saat Anda akan menghayati watak tokoh dalam drama yang akan diperankan adalah sebagai berikut:
1. Pahamilah ciri-ciri fisik tokoh yang diperankan, seperti jenis kelamin, umur, penampilan fisik, dan kondisi kesehatan tokoh.
2. Pahamilah ciri-ciri sosial tokoh yang diperankan, seperti pekerjaan, kelas sosial, latar belakang keluarga, dan status tokoh yang akan diperankan.
3. Pahamilah ciri-ciri nonfisik tokoh, seperti pandangan hidup dan keadaan batin.
4. Pahamilah ciri-ciri perilaku tokoh dalam menghadapi dan menyelesaikan sebuah konflik.

Hal-hal yang dipersiapkan dalam pementasan drama adalah:
1. Sutradara (pemimpin pementasan),
2. Penulis naskah (penulis cerita),
3. Penata artistik (pengatur setting, lighting, dan properti),
4. Penata musik (pengatur musik, pengiring, dan efek-efek suara),
5. Penata kostum (perancang pakaian sesuai dengan peran),
6. Penata rias (perancang rias sesuai dengan peran),
7. Penata tari/koreografer (penata gerak dalam pementasan),
8. Pemain (orang yang memerankan tokoh),
Drama memeliki dua aspek, yaitu aspek cerita dan aspekpementasan.
a. Aspek cerita
Aspek cerita mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang dialami pelaku. Kadang-kadang pada kesan itu tersirat pesan tertentu. Keterpaduan kesan dan pesan ini terangkum dalam cerita yang dilukiskan dalam drama.
b. Aspek pementasan
Aspek pementasan drama dalam arti sesungguhnya ialah pertunjukan di atas panggung berupa pementasan cerita tertentuoleh para pelaku. Pementasan ini didukung oleh dekorasi panggung, tata lampu, tata musik dsb.
Kekhasan naskah drama dari karya sastra yang lain ialah adanya dialog, alur, dan episode. Dialog drama biasanya disusun dalam bentuk skenario (rencana lakon sandiwara secara terperinci). Alur ialah rangkaian cerita atau peristiwa yang menggerakkan jalan cerita dari awal (pengenalan), konflik, perumitan, klimaks, dan penyelesaian. Episode ialah bagian pendek sebuah drama yang seakan-akan berdiri sendiri, tetapi tetap merupakan bagian alur utamanya.
Memerankan Drama
Seorang dramawan yang baik hendaknya menguasai teknik peran. Teknik peran (acting) adalah cara mendayagunakan peralatan ekspresi (baik jasmani maupun rohani) serta keterampilan dalam menggunakan unsur penunjang. Yang termasuk keterampilan menggunakan alat ekspresi jasmani adalah keterampilan menggunakan tubuh, kelenturan tubuh, kewajaran bertingkah laku, kemahiran dalam vokal, dan kekayaan imajinasi yang diwujudkan dalam tingkah laku. Adapun peralatan ekspresi yang bersifat kejiwaan ialah imajinasi, emosi, kemauan, daya ingat, inteligensi, perasaan, dan pikiran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membacakan dialog drama
1. Lafal adalah cara seseorang mengucapkan bunyi bahasa
2. Intonasi adalah lagu kalimat/ketepatan tinggi rendahnya nada (pembaca dialog/berita)
3. Nada adalah tinggi rendah ucapan/ungkapan keadaan jiwa atau suasana hati
4. Tempo adalah waktu/kecepatan gerak atau kecepatan artikulasi suara.
Oleh seorang pemeran drama, watak tokoh akan digambarkan dengan:penampilan fisik (gagah, bongkok, kurus, dan sebagainya); penampilan laku fisik (lamban, keras, dinamis, dan sebagainya); penampilan vokal (lafal kata-kata, dialog, nyanyian, dan sebagainya); dan penampilan emosi dan IQ (pemarah, cengeng, licik, dan sebagainya). Hal tersebut dapat dipelajari dan dilatih dengan olah vokal/suara dan olah sukma.
Seorang pemain drama yang baik adalah seorang yang memiliki kemampuan: berakting dengan wajar; menjiwai atau menghayati peran; terampil dan kreatif; berdaya imajinasi kuat; dan mengesankan (meyakinkan penonton).
Agar mempunyai kemampuan sebagai pemain drama yang baik, selain memperhatikan lima hal yang berkaitan dengan pembacaan naskah ada empat hal lagi yang harus diperhatikan.
A. Ekspresi wajah
1. Ekspresi mata
Mata merupakan pusat ekspresi sehingga harus diolah, dilatih, dan disesuaikan terlebih dahulu sesuai dengan berbagai emosi. Cobalah berlatih di depan cermin untuk menunjukkan rasa girang, marah, dan sebagainya dengan berimajinasi/membayangkan suatu hal!
2. Ekspresi mulut
Sesudah ekspresi mata dilatih/disesuaikan, baru ekspresi mulut, karena perasaan yang terpancar dari mata merambat ke mulut dengan cara yang sama. Usahakan ekspresi mata sejalan/sesuai dengan ekspresi mulut sehingga keduanya saling mendukung dan mempertegas emosi yang akan ditonjolkan melalui ekspresi seluruh wajah.
B. Keterampilan kaki
Pemain pemula banyak yang berpenampilan kaku karena kaki seperti tertancap paku. Kaki harus membuat pemain lebih hidup. Maka harus diusahakan posisi kaki mengikuti arah muka. Jika muka bergerak ke kiri, ikutilah dengan mengubah posisi kaki dan tubuh ke kiri juga.
C. Suara dan ucapan
Jika kita bermain tanpa pengeras suara, maka dituntut suara yang lantang agar dapat meraih sejauh mungkin pendengar. Yang penting di sini adalah bagaimana agar suara kita dapat
jelas terdengar tapi tidak memekik.Banyak orang berbicara dengan rahang dan bibir hampir-hampir terutup dan tidak digunakan semestinya. Turunkan rahang dan lidah. Buka bibir dan letupkan suara. Atau berlatihlah dengan menguap yang seakan-akan mengantuk, kemudian turunkan rahang dan suarakan vokal/ huruf hidup.
D. Penafsiran/Interpretasi
Dalam penafsiran seorang pemain harus memahami keseluruhan cerita yang dijalin dalam plot tertentu serta mengenal watak tokoh yang diperankannya. Kegiatan ini dapat menjadi kerja sama antara sutradara dan pemain/aktor dalam memahami naskah.
Drama memiliki bentuk yang bermacam-macam, yaitu:
5. Tragedi ialah drama duka yang menampilkan pelakunya terlibat dalam pertikaian serius yang menimpanya sehingga menimbulkan takut, ngeri, menyedihkan sehingga menimbulkan tumpuan rasa kasihan penonton.
6. Melodrama ialah lakon yang sangat sentimental dengan pementasan yang mendebarkan dan mengharukan
7. Komedi ialah lakon ringan untuk menghibur namun berisikan sindiran halus. Para pelaku berusaha menciptakan situasi yang menggelikan.
8. Force ialah pertunjukan jenaka yang mengutamakan kelucuan. Namun di dalamnya tidak terdapat unsur sindiran. Para pelakunya berusaha berbuat kejenakaan tentang diri mereka masing-masing.
9. Satire, kelucuan dalam hidup yang ditanggapi dengan kesungguhan biasanya digunakan untuk melakukan kecaman/kritik terselubung.

B.Indonesia - Novel

NOVEL
Novel Indonesia adalah novel yang ditulis oleh orang Indonesia dengan latar belakang budaya Indonesia. Novel Indonesia menceritakan tentang kehidupan masyarakat Indonesia, baik masa kini maupun masa lampau.

UNSUR INTRINSIK NOVEL
a. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman,1990:79).
b. Perwatakan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1990:79).
c. Alur/plot adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.
d. Sudut pandang adalah posisi pencerita dalam membawa kisahan, boleh jadi ia tokoh dalam ceritanya (pencerita akuan),boleh jadi pula berada di luarnya (pencerita diaan).
e. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca/penonton/pendengar.
f. Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra.
g. Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang digunakannya.

UNSUR EKSTRINSIK NOVEL
Merupakan unsur dari luar yang turut mempengaruhi terciptanya karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi biografi pengarang, keadaan masyarakat saat karya itu dibuat, serta sejarah perkembangan karya sastra. Melalui sebuah karya novel kita kadang secara jelas dapat memperoleh sedikit gambaran tentang biografi pengarangnya. Melalui sebuah novel kita pun dapat memperoleh gambaran tentang budaya dan keadaan masyarakat tertentu saat karya itu dibuat.
Nilai-nilai dalam karya sastra dapat ditemukan melalui unsur ekstrinsik ini. Seringkali dari tema yang sama didapat nilai yang berbeda, tergantung pada unsur ekstrinsik yang menonjol. Misalnya, dua
novel sama-sama bertemakan cinta, namun kedua novel menawarkan nilai yang berbeda karena ditulis oleh dua pengarang yang berbeda dalam memandang dan menyingkap cinta, latar belakang pengarang yang berbeda, situasi sosial yang berbeda,
dan sebagainya.
Nilai-nilai yang terkandung
a. Nilai social masyarakat, sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum (menolong, menderma, dan lain-lain).
b. Nilai budaya Nilai yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah.
c. Nilai ekonomi Nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan dan asas-asas produksi, distribusi, pemakaian barang, dan kekayaan (keuangan, tenaga, waktu, industri, dan perdagangan).
d. Nilai filsafat, hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
e. Nilai politik, Nilai yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku.
ANALISIS NOVEL
Apabila kita menganalisis sebuah hasil karya sastra, kita dapat meninjau dari dua unsur,yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Keduaunsur tersebut sama pentingnya. Unsur intrinsik secara langsung dapat ditemukan di dalam hasil karya sastra itu setelah dibaca dengan cermat, sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur dari luar yang turut mempengaruhi terciptanya karya sastra.
Unsur ekstrinsik meliputi biografi pengarang, keadaan masyarakat saat karya itu dibuat, serta sejarah perkembangan karya sastra. Melalui sebuah karya novel kita kadang secara jelas dapat memperoleh sedikit gambaran tentang biografi pengarangnya. Melalui sebuah novel kita pun dapat memperoleh gambaran tentang budaya dan keadaan masyarakat tertentu saat karya itu dibuat. Misalnya, novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli menggambarkan budaya kawin paksa pada saat novel tersebut dibuat. Bahkan karya pengarang yang masih seangkatan terkadang mempunyai persamaan entah dalam pengembangan tema maupun corak aliran sastranya.
Untuk benar-benar dapat memahami sebuah karya sastra, kita perlu membaca tidak kanya sekali, tetapi kadang lebih dari dua kali. Akan lebih membantu daya pemahaman kita terhadap hasil karyanya kalau kita telah mengenal biografi pengarangnya. Untuk menganalisis sebuah novel, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.
Unsur intrinsik
Tokoh, Perwatakan, Plot, Tema, Sudut pandang, Amanat, Latar, Gaya bahasa
Unsur Ekstrinsik
Biografi pengarang, Kondisi Sosial, Politik, Filsafat,dsb

B.Indonesia - Catatan Kaki

Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Semua kutipan, baik langsung maupun tidak langsung dapat dijelaskan sumbernya dalam sebuah catatan kaki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat catatan kaki.
1. Hubungan catatan kaki dan teks ditandai dengan nomor penunjukan yang ditempatkan agak ke atas setengah spasi dari teks.
2. Pemberian nomor urut yang berlaku untuk tiap bab atau untuk judul buku dipergunakan tanda seluruh karangan. koma.
3. Teknik pembuatan catatan kaki adalah sebagai berikut.
a. Sediakan tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut.
b. Sesudah baris terakhir dari teks dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis, mulai dari kiri sepanjang 15 ketikan.
c. Dalam jarak 2 spasi dan garis dalam jarak 5-7 ketikan dari margin kiri diketik nomor penunjukan.
d. Langsung sesudah nomor, setengah ke bawah mulai diketik baris pertama dari catatan kaki.
e. Jarak antarbaris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak antarcatatan kaki pada halaman yang sama adalah dua spasi.

Unsur-unsur yang ada dalam catatan kaki dan penulisannya adalah sebagai berikut.
1. Pengarang
a. Nama pengarang dicantumkan sesuai urutan biasa, pada penunjukan yang kedua dan selanjutnya cukup dipergunakan nama singkat.
b. Bila terdiri dari dua atau tiga pengarang, semuanya dicantumkan, sedangkan lebih dari 3 orang cukup nama pertama
c. yang dicantumkan. Nama yang lain digantikan dengan singkatan dkk.
d. Penunjukan kepada sebuah kumpulan sama dengan no (a) dan (b) ditambah singkatan ed. (editor) di belakang nama penyunting dan dipisahkan dengan tanda koma.
e. Jika tidak ada pengarang/editor, langsung dimulai dengan judul.

2. Judul
a. Semua judul mengikuti peraturan yang sama dengan daftar pustaka.
b. Sesudah catatan kaki pertama, penyebutan sumber yang sama digantikan dengan Ibid., Op.cit., Loc.cit..
c. Sesudah penunjukan pertama sebuah artikel dalam majalah atau harian, maka selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah atau harian tanpa judul artikel.

3. Data Publikasi
a. Tempat dan tahun penerbitan dicantumkan pada referensi pertama dan ditempatkan dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan tanda koma, misalnya (Jakarta, 2005).
b. Majalah harus dicantumkan nomor jilid dan nomor halaman, tanggal, bulan dan tahun. Semua keterangan dapat ditempatkan dalam kurung.
c. Data publikasi sebuah harian terdiri dari hari, tanggal, bulan, tahun, dan nomor halaman. Penanggalan tidak ditempatkan dalam kurung.

cara membuat catatan kaki
1. Nama pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik.
2. Antara nama pengarang dan
3. Tempat dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung.
4. Keterangan tentang jilid ditempatkan dalam kurung sebelum tempat terbit atau di luar kurung sebelum nomor halaman, dan ditulis dengan angka Romawi.
1. 1 ) Go r y s Ker a f, K om pos i s i (En de Fl o re s, 1 980 ), h al . 20 3.
2. 2 ) Pr am udia n to , _ Pen de rit aa n da n Pe mu l i ha n N i as_ , K om p as , 2 A p ri l ,200 5, ha l. 46.
3. 3 ) Bur ha n S ol ihin, d kk . _ S ela ma t D atan g d i Su r ga N i rk abe l_ . Te m p o , (Ap r il,2 005 ), h a l. 90 -91.

B.Indonesia - RESENSI

Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi, resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah.
Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku.
Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada. Kelebihan dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah merupakan penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi. 


Umumnya, di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya.
Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan sebuah resensi.
1. 1 . Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.
2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi.
3. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
4. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan
Umumnya resensi terdiri dari
1. Judul
Judul resensi harus menarik dan selaras dengan keseluruhan isi resensi
2. Identitas buku
meliputi judul buku(judul asli dan Modern.terjemahan),penulis, penerbit, tahun terbit, tebal buku.
3. Isi
Meliputi :

- ulasan singkat isi
- keunggulan buku,
- kelemahan buku,
- rumusan kerangka
4. Penutup
Penutup resensi biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Selain itu dapat juga berisi kelemahan buku.


Kiat Praktis Menulis Resensi Buku


Apakah resensi itu?
Resensi adalah tulisan yang menjelaskan kelebihan dan kekurangan sebuah karya baik yang berupa buku maupun yang berupa karya seni. Tulisan ini biasanya dimuat di media cetak seperti koran, majalah, atau tabloid. Dilihat dari segi isinya terdapat berbagai macam resensi, antara lain resensi buku, resensi novel, resensi buku kumpulan cerpen, resensi film, resensi, patung, dan sebagainya.
Uraian berikut ini lebih difokuskan pada resensi buku.


Siapakah penulis resensi?
Penulis resensi adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang bidang yang diresensi dan memiliki kemampuan untuk menganalisis sebuah karya secara kritis sehingga dapat menjelaskan kelemahan dan kelebihan dari karya yang diresensi.


Apakah tujuan ditulisnya sebuah resensi?
Resensi dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang sebuah karya sehingga pembaca mengetahui apakah karya yang diresensi itu merupakan karya yang bermutu atau tidak. Resensi akan sangat bermanfaat apabila karya yang diresensi relatif masih baru. Semakin baru karya yang diresensi, semakin baik. Hal itu dimaksudkan agar pembaca segera mengetahui apakah karya itu layak untuk dinikmati atau tidak..
Apa saja unsur-unsur dalam resensi?


Sekurang-kurangnya dalam resensi terdapat hal-hal berikut ini:
• Judul resensi
• Identitas karya (buku) yang diresensi
• Uraian tentang jenis karya yang diresensi
• Uraian tentang kelebihan dan kekurangan karya yang diresensi
• Kesimpulan yang berisi penegasan kembali mengenai layak tidaknya karya tersebut untuk dinikmati oleh pembaca.


Bagaimana langkah-langkah menulis resensi buku (novel)?
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis resensi buku (novel) adalah:
1. Tahap Persiapan meliputi:
(a) Membaca contoh-contoh resensi; dan
(b) Menentukan buku yang akan diresensi.
2. Tahap Pengumpulan Data meliputi:
(a) Membaca buku yang akan diresensi;
(b) Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data meliputi hal-hal yang menarik dan tidak menarik dari buku (novel) yang diresensi;
(c) Mencatat data-data penulisan resensi yang telah diperoleh melalui membaca buku yang diresensi..
3. Tahap Penulisan meliputi:
(a) Menuliskan identis buku;
(b) Mengemukakan isi buku (sinopsis novel dan unsur-unsur intrinsik lainnya );
(c) Mengemukakan kelebihan dan kekurangan buku (novel) baik dari segi isi maupun bahasa;
(d) Merevisi resensi dengan memperhatikan susunan kalimatnya, kepaduan paragrafnya, diksinya, ejaan dan tanda bacanya.
(e) Membuat judul resensi.

Catatan:
Judul resensi harus singkat, menarik, dan menggambarkan isi resensi.


Bagaimana cara menemukan kelebihan dan kekurangan buku yang diresensi?
Cara menemukan kekurangan dan kelebihan buku yang diresensi adalah:
• membandingkan buku yang diresensi dengan buku lain yang sejenis baik oleh pengarang yang sama maupun oleh pengarang lain yang meliputi segi isi atau pun bahasanya (untuk novel meliputi semua unsur intrinsiknya);
• mencari hal-hal yang menarik atau disukai dan hal-hal yang tidak disukai dari buku tersebut dan mencari alasan mengapa demikian.

Berikut ini adalah contoh resensi buku nonfiksi.
Kisah-Membaca Seorang "Yogi Buku"


Judul buku : Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu
Penulis : P. Swantoro
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan : I
Tahun terbit : 2002
Jumlah halaman : xxv + 435 halaman

Bagi Polycarpus Swantoro yang ahli sejarah dan jurnalis senior, membaca buku seolah-olah seperti berolah yoga. Sebagaimana seorang empu keris yang bekerja dalam waktu yang lama untuk membuat keris yang ringan dari bahan yang bobotnya puluhan kilogram, seperti itu pulalah yang dilakukan oleh P. Swantoro. Bedanya, P. Swantoro tidak melakukan pekerjaan menempa besi, tetapi membaca buku. Tentu saja ada ribuan judul buku yang sudah dibaca Pak Swan. Namun, dalam bukunya yang berjudul Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu ini "hanya" 200 judul buku yang ia "kisahkan".
Dengan cara yang menawan, ia mengisahkan bagaikan seorang kakek yang baru pulang dari berkelana di negeri yang jauh, kemudian menceritakan peng-alamannya kepada anak cucunya.
Sebagai seorang pengelana di dunia buku, tidaklah mengherankan jika buku-buku yang ia kisahkan merupakan buku-buku babon yang tua dan cukup langka,. Misalnya, The History of Java karya Thomas S. Raffles yang terbit tahun 1817, Inleiding tot de Hindoe-Javaanche Kunst karya N.J Krom yang terbit tahun 1919, atau De Ijombok Kxpedie karya W Cool yang terbit tahun 1896. Memang, di sana-sini, untuk keperluan pendukung data, Pak Swan juga menggunakan cukup banyak sumber sekunder. Sebenarnya, hal ini agak mengganggu. Ketika membahas topik PKI, misalnya, Pak Swan, sebenarnya, perlu menggunakan sumber yang lebih memadai.
Tema yang diangkat pun beraneka ragam, mulai dari cerita tentang lambang-lambang kota di Indonesia, cerita tentang penulis pertama buku komunis di Indonesia, cerita Pak Poerwa, cerita tentang meletusnya Gunung Merapi, cerita tentang para orientalis dan sarjana Indonesia, romantika para pendiri bangsa, serta ditutup dengan khayalan Pak Swan agar para pemimpin dan intelektual masa kini dapat beryogi. Bagi para pembaca "pemula", tema yang tumpang-tindih tanpa sistematika yang jelas ini cukup merepotkan.
Dalam membicarakan suatu bab, Pak Swan sering meloncat-loncat kian kemari. Kata demi kata mengalir tanpa jelas muaranya. Misalnya, ketika membicarakan Teeuw, Yogi Sastra, Yogi Keris, Yogi Ilmu, pembaca benar-benar dituntut cermat untuk menginterpretasikan benang merah ide tulisan-tulisan ini. Namun, jika kita bersabar untuk menikmati buku ini sampai habis, tentu kita dapat menemukan keseluruhan ide Pak Swan dan kebingungan yang muncul di bab demi bab akan terjawab.
Buku Pak Swan ini mengingatkan kita pada tiga jilid buku Nusa Jawa Silang Budaya karya Denys Lombard. Tulisan Lombard juga mengabaikan kronologi waktu, yang merupakan syarat untuk menulis sejarah konvensional. Namun, kecurigaan bahwa buku Pak Swan menggunakan pola yang sama dengan buku Denys Lombard tidak terbukti mengingat dalam menulis buku ini Pak Swan lebih mengandalkan memorinya, seperti pengakuan Pak Swan sendiri dalam pengantar. Karena mengandalkan memori, tentu saja tulisan yang dihasilkannya menggunakan pola penceritaan lisan.
Buku ini lebih merupakan buku sejarah walaupun temanya beraneka ragam. Pembaca yang baru akan masuk ke wacana sejarah Indonesia, akan sangat terbantu dengan membaca buku ini terlebih dahulu. Demikian pula para mahasiswa jurusan sejarah.
Buku ini sebenarnya akan lebih sempurna jika penulisnya, di samping membicarakan cara pandang para orientalis Barat, juga memberikan contoh buku-buku yang memuat cara pandang Timur. Sekadar contoh, dijelaskan tentang sebutan "Timur Tengah" untuk wilayah negara di jazirah Arab. Mengapa orang Indonesia tidak menyebutnya sebagai "Barat Dekat", misalnya? Bukankah sebutan "Timur Tengah" adalah sebutan orang Barat yang melihat jazirah Arab dari sudut pandang wilayahnya? Pandangan seperti ini sangat diperlukan bagi para mahasiswa sejarah di Indonesia yang tampaknya semakin kesulitan membaca buku-buku sumber utama.
Untuk keperluan studi para mahasiswa sejarah, akan sangat menggembirakan jika Pak Swan menceritakan juga buku Orientalism karya Edward W. Said yang terbit tahun 1979. Selain itu, sebaiknya, buku yang berisi sikap kita terhadap tradisi Barat yang berjudul Oksidentalisme karya Hassan Hanafi yang diterbitkan Paramadina, Jakarta, tahun 2000 juga dibicarakan.
Hal lain yang belum dibahas secara lengkap oleh Pak Swan sebagai seorang ahli sejarah dan pemerhati kebudayaan Jawa adalah tentang historiografi Jawa. Prof. C.C. Berg, memang, sempat dimunculkan dalam bagian Babad: Kitab Dongeng? Namun, sayang sekali, karya C.C. Berg yang berjudul Oavaanche Geschiedschrijving, yang terbit di Amsterdam tahun 1938, tidak dimunculkan sehingga gambaran mengenai penulisan sejarah di Pulau Jawa menjadi agak terabaikan.
Terlepas dari berbagai ketidaksempurnaan-nya, harus diakui bahwa buku pertama seorang "yogi buku" ini merupakan karya yang memikat. Bahkan cara dan gaya pengungkapannya, dalam kadar tertentu, telah memberikan sentuhan sastra yang cukup enak dinikmati. Kita menantikan karya berikutnya.

Sumber: Majalah Matabaca, Agustus 2002 (dengan perubahan)

Menulis Surat Kuasa


Surat kuasa adalah surat yang berisi pengalihan atau pelimpahan wewenang kepada seseorang untuk bertindak atau berhak bertindak atas nama pemberi kuasa tersebut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat surat kuasa,yaitu sebagai berikut:
  1. ditulis diatas kertas segel atau kertas surat bermeterai, kecuali untuk surat kuasa yang sifatnya tidak begitu penting.
  2. pemberi kuasa maupun penerima kuasa harus sudah dewasa dan berada dalam kondisi jiwa dan tubuh yang sehat,serta tidak berada padasatu tekanan/paksaan.
  3. isi surat kuasa harus menjelaskan secara tegas perihal kedua belah pihak,baik yang memberi kuasa maupunyang meneima kuasa,seperti nama,alamat,usia,pekerjaan dan tanda tangan.
  4. hal yang dikuasakan, masa berlakunya surat kuasa, serta tanggal pembuatan surat kuasa harus tertera dengan jelas.
  5. kedua belah pihak harus menandatangani surat kuasa yang dibuat.
  1. Menganalisis Novel Indonesia
Novel merupakan jenis karya sastra prosa yang menceritakan sesuatu yang luar biasa dari kehidupan orang-orang atau tokohnya.Sebuah karya sastra termasuk novel dibangun oleh unsure-unsur pembangun, yaitu unsure intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik dalam karya sastra meliputi sebagai berikut:
  1. Tema,adalah gagasan pokok (ide) yang mendasari penulisan sebuah karya sastra.
  2. Amanat (pesan pengarang), adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca karya sastra melalui karyanya.
  3. Alur atau plot, adalah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan membentuk cerita.
  4. Tokoh, adalah orang rekaan yang ada dalam imajinasi pengarang yang dituangkan kedalam cerita.
  5. Penokohan, adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang watak dan bentuk fisik tokoh yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
  6. Latar atau setting, adalah latar belakang peristiwa/kejadian yang terjadi dalam cerita/karya sastra. Latar dibedakan menjadi latar waktu,latar tempat dan latar sosial.
  7. Sudut pandang, adalah cara pengarang mengungkapkan ceritanya. Sudut pandng tebagi atas:
    1. Sudut pandang orang pertama pelaku utama. Pengarang menggunakan kata ganti orang pertama aku dan saya.
    2. Sudut pandang orang ketiga. Pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga dia, ia atau nama orang.
    3. Sudut pandang campuran ku dan dia.
    4. Konflik, adalah pertentangan atau ketegangan yang terdapat dalam sebuah cerita karya satra. Konflik dibedakan menjadi:
      1. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara tokoh dan sesuatu diluar dirinya.
      2. Konflik internal adalah konflik antara tokoh dengan dirinya sendiri.
Unsur-unsur iekstrinsik, antara lain ssebagai berikut:
  1. Sikap, keyakinan, dan pandangan hidup pengarang.
  2. Latar belakang pengarang.
  3. Psikologi pengarang.
  1. Kebahasaan
Kata akibatnya dan dengan demikian disebut kata penghubung karena berfungsi menghubungkan kalimat dengan kalimat, sehingga kata tersebut akan memperjelas hubungan makna kalimat yang digabungkan.Jadi, kalimat yang diikuti dengan kata penghubung akibatnya dan dengan demikian menyatakan makan akibat dari apa yang diungkapkan dalam kalimat utama.
Selain kata penghubung akibatnya dan dengan demikian kata penghubung akibat yang lain adalah sehingga, sampai-sampai, maka, oleh karena itu, dan oleh sebab itu.

B.Indonesia - Wawancara


  1. 1. Wawancara dengan narasumber
Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data atau memperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber atau otoritas.
Adapun tujuan wawancara adalah sebagai berikut:
  1. bahan informasi,misalnya berkaitan dengan masalah sosial,politik,ekonomi,dll
  2. bahan opini,misalnya pendapat dan tamggapan narasumber terhadap suatu masalah.
  3. bahan ceriat,misalnya untuk mendukung penulisan karya sastra.
  4. bahan biografi,misalnya riwayat hidup tokoh yang akan ditulis.
Wawancara berdasarkan pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
  1. wawancara terstruktur,yaitu wawancara yang dilaksanakan secara terencana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan.
  2. wawancara tidak terstruktur,yaitu wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.
Wawancara memiliki 7 jenis,yaitu:
  1. wawancara bebas,yaitu wawancara yang susunan pertanyaannya tidak ditentukan lebih dulu dan pembicaraannya tergantung kapada suasana pembicara.
  2. wawancara terpimpin,yaitu wawancara dengan memakai daftar pertanyaan yang sudah disiapkan terlebih sebelumnya.
  3. wawancara individual,yaitu wawncara yang dilakukan seseorang dengan responden tunggal.
  4. wawancara kelompok,yaitu wawancara yang dilakukan terhadap sekelompok orang dalam waktu bersamaan.
  5. wawancara konferensi,yaitu wawancara antara seorang pewawancara dengan sejumlah responden atau sejumlah pewawancara dengan seorang responden.
  6. wawancara terbuka,yaitu wawancara yang berdasarkan pertanyaan yang tidak terbatas jawabannya.
  7. wawancara tertutup,yaitu wawancara berdasarkan pertanyaan yang terbatas jawabannya.
Tahap-tahap wawancara,yaitu:
  1. menentukan topik wawancara
  2. menentukan narasumber yand disesuaikan dengan topik wawancara.
  3. mengetahui identitas narasumber secara umum
  4. menghubungi atau mengkonfirmasi narasumber yang akan diwawancarai
  5. membuat garis besar atau daftar pertanyaan
  6. mempelajari masalah yang berkaitan dengan topik wawancara
  7. mempersiapkan alat Bantu untuk mencatat hasil wawancara
ketika wawancara dengan narasumber,ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (etika/sopan santun), yaitu sebagai berikut:
  1. datang tepat waktu sesuai dengan perjanjian
  2. bersikap sopan santun,wajar dan ramah
  3. dahulukan pertanyaan yang ringan dan sederhana
  4. bertanya dengan kalimat yang jelas dan singkat sesuai dengan topik wawancara
  5. hindari pertanyaan yang bersifat pribadi
  6. mencatat hal-hal yang penting hasil wawancara dan menyimpulkannya sendiri
  7. jangan menyela apabila narasumber sedang berbicara
  8. selesai wawncara ucapkan terima kasih 
2. Merangkum Hasil Wawancara

Menyimak informasi dari kegiatan wawancara merupakan kegiatan yang bermanfaat karena dapat menambah wawasan terhadap topik yang diangkat.
Rangkuman atau ringkasan adalah penyajian singkat dari sebuah tulisan asli atau hasil pembicaraan dengan tetap mempertahankan urutan-urutan isi atau pernyataan-pernyataan sesuai dengan karangan atau pembicaraan aslinya,serta tetap sesuai denagn sudut pandng penulis karangan atau pembicara.